NilaiDasar Perjuangan. Kamis, November 11, 2021. Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas Kader Kelahiran Himpunan Mahasiswa Islam pada tanggal 5 Feberuari 1947 tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang didalamnya mencakup Ummat Islam sebagai suatu kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia, yang sedang mempertahankan kemerdekaanya. Sebagai organisasi kader yang sudah berumur 65 tahun. HMI, menurut ukuran umur manusia, secara psikologis telah melewati usia transisi dan kematangan berpikir bahkan jika umur HMI dipersamakan sebagian umur rata-rata masyarakat Indonesia, maka dia berada pada fase menunggu akan kematiannya. Dalam konteks inilah, apresiasi kita terhadap HMI menjadi sangat menarik untuk dielaborasi, HMI tentu sangat diharapkan mampu mentransformasikan gagasan dan aksinya terhadap rumusan cita yang ingin diwujudkan yakni "Terbinanya Insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggujawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT, maka aktivitas keseharian HMI harus senantiasa mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intens membangun proses dialektika secara objektif, dalam hal ini kader HMI harus memilki keberpihakan terhadap kaum tertindas, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini. Beriringan dengan hal tersebut, dalam dinamika empirik organisasi saat ini, Nampak bahwa HMI semakin kehilangan ruhnya dalam setiap aktivitasnya, baik ruh intelektualisme, sikap kritisnya, maupun semakin hilangan warna ideologis nilai dasar perjuangan dalam dinamika empirik organisasi, diperparah lagi dengan mentalitas arogansi yang tidak diiringi dengan struktur pengetahuan yang komprehensif, yang mewarnai kader-kader HMI saat ini. Implikasinya adalah dengan arogansi yang berlebihan secara tidak sadar ataupun sadar akan berkecenderungan pada pembentukan kader yang kurang komprehensif. Sehingga jika kita analogikan HMI sebagai sebuah perusahaan sesungguhnya kita mulai merasakan bahwa berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perkaderan HMI sudah mulai ditinggalkan oleh konsumen. Banyak hal yamg menjadi sebab kenapa kesetiaan konsumen kepada kita mulai berkurang, tentu jawabannya adalah bisa jadi semakin banyak para pesaing yang menghasilkan produk yang sama dengan kita atau mungkin strategi marketing kita semakin lemah, atau bahkan mungkin kualitas produk yang kita hasilkan semakin rendah dan tak mampu bersaing diera ini. Melihat kondisi tersebut dalam konteks keummatan dan kebangsaan, maka tuntutan reposisi HMI menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk disahuti, kemudian kita melakukan evaluasi atas kebijakan posisioning organisasi selama ini untuk menjawab berbagai tantangan zaman, yang terus bergolak, berbagai upaya terapi mesti kita sahuti dalam upaya menjawab tantangan tersebut. Islam sebagai landasan ideologis adalah system nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serta masalah yang terjadi dalam komunitas masyarakat yang transformative ini, dari komunitas ini perlu peningkatan transformative terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, tentang persaudaraan universal Universal Brotherhood, Keseteraan equality, Keadilan social social Justice dan Keadilan ekonomi economie justice. Ini merupakan cita-cita yang memiliki aspek liberatif, sehingga dalam usaha untuk mewujudkannya membutuhkan transaksi nilai, yang mampu memberdayakan para pengikutnya, dengan menjauhkan formalism simbolik dalam sebuah proses keyakinan-Nya, untuk menjawab tantangan tersebut maka Ideologi HMI harus mampu menekankan kesatuan manusia unity of mankind sebagai mana yang ditegaskan dalam Al-Quran Qs. Al-Hujurat 13. Ayat ini secara jelas membantah semua
FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia: Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947) Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947) Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950- 1963) Fase Tantangan I (1964-1965) Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966-1968) Fase Pembangunan (1969-1970) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970- 1994) Fase Reformasi (1995-1999) Fase Tantangan II (2000-sekarang)
Opini – Penulis pikir melihat HMI hanya dari keberhasilan-keberhasilannya saja sungguh sangat tidak fair, dan naif. Penulis juga merupakan kader HMI, kendati dimikian, itu tidak membuat penulis berada pada keberpihakannya terhadap HMI. Pada tulisan kali ini penulis mencoba melihat kembali HMI dengan kondisi objektif. Fase fase perjuangan HMI yang sering di katakan senior-senior, alumni, atau master of training ketika di forum forum perkaderan, bahkan ke obrolan obrolan non formal di lingkup kampus sampai ruang sekretariat, mengenai keberhasilan keberhasilan HMI dalam fase perjuangan nya memang membawa penulis kepada romantisme perjuangan HMI dari jaman ke jaman. Di sisi lain juga tidak dapat menafikan bahwa penulis sedikit terjebak pada romantisme perjuangan HMI dan memunculkan pertanyaan “Bagaimana HMI hari ini?”. Berbanding terbalik dengan keberhasilan nya di fase fase perjuangan, HMI sendiri masih mencokolkan budaya feodalistik sampai hari ini. Seperti ; ijin kanda dan tertib dinda. Lebih eksplisit nya ketika di tubuh himpunan mempersoalkan siapa yang lebih dulu melakukan LK-1 dan training- training formal lainnya di HMI, ia yang wajib memberikan intruksi dan memastikan ketertiban adik adik. Sebaliknya, ia yang baru lulus LK-1 harus tertib dan mengantri. Belum lagi ketika ada senior yang tiba tiba datang menjelang RAK Komisariat atau event-event kontestasi lain yang ada di hmi, kemudian sesudahnya kembali menghilang. Hal-hal demikian yang secara tidak langsung memangkas potensi juga kemauan kader yang ingin berproses dan menjadi sisi gelap HMI sebagai organisasi perkaderan. Untuk melihat kondisi HMI dewasa ini, seperti ditulis Agussalim Sitompul, dalam bukunya “44 Indikator Kemunduran HMI”, telah mengungkapkan secara gamblang kemunduran yang dialami HMI. Salah satu indikator kemunduran yang di kemukakannya dan masih relate dengan kondisi hari ini ialah ”Menurunnya peran HMI dalam gerakan-gerakan mahasiswa di tingkat regional maupun nasional dalam merespon berbagai tantangan”, keadaan dimana kita melihat HMI lamban merespon issue dan tantangan, atau tidak lagi melihat HMI sebagai fasilitator konsolidasi gerakan mahasiswa, alih alih menjadi fasilitator konsolidasi justru malah sebaliknya. Tidak lagi dapat mengintegrasikan diri dengan massa rakyat, apalagi membangun keberpihakannya terhadap yang tertindas, membawa HMI jauh dari akar rumput. Memudarnya “tradisi intelektual HMI”. Hemat penulis, indikator memudarnya tradisi intelektual HMI terletak pada konflik internal di tubuh organisasi, adanya dualisme antar kelompok dengan kepentingan yang berkelit kelindan, seakan akan himpunan hanya sebatas menjadi arena pertarungan antar kelompok saja dan mengesampingkan substansi serta arah perjuangan HMI. Lebih parahnya, kerap kali dalam tradisi intelektual HMI kader kadernya selalu di hadapkan dengan orientasi politik, yang penulis nilai sebagai bentuk telanjang dari pragmatisme. Hal hal demikian berimplikasi negatif juga berdampak panjang, baik pada tingkatan pengurus besar, cabang, bahkan sampai komisariat. Menjadi problem besar di tengah-tengah kemajemukan narasi HMI yang konon katanya kritis, dan hmi tertinggal dari misinya menciptakan “Muslim Intelegensia”. Nurkholis Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika menjelang kongres ke- 23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Dalam peringatan itu mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri. Peringatan itu sebagai shock therapy, dengan harapan, HMI dapat dan mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh HMI ditemukan berbagai kekurangan yang sifatnya negatif Baca Refleksi 63 Tahun Perjuangan Hmi Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan Hmi “Suatu Tinjauan Historis Dan Kritis Terhadap Fase-Fase Perjuangan Hmi” Dalam Menjawab Tantangan Masa Depan, Agussalim Sitompul. HMI hari ini tepatnya, sudah berumur 74 tahun sejak didirikannya, usia yang cukup tua. Setengah abad lebih HMI malang melintang di indonesia, yang seharusnya di imbangi dengan kontribusi dan karya kader kadernya dalam menghadapi jaman. Penulis teringat sebuah pernyataan dari Jurgen Moltmann “Berteologi adalah sebuah upaya berdialog dengan siapapun. Ia bukan sebuah upaya mengurung diri kepada pembebasan dari penindasan”. Semangat itu bukan hanya semangat berteologi, tapi juga menjadi semangat beragama, demikian hal nya dengan semangat ber-HMI. Pada akhirnya, ber-HMI bukan hanya sekedar “semangat mengikat diri” pada institusi stagnan, pada “nyamannya rumah”, atau pada “nyamannya dogmatika”. Tapi menjadi kesadaran juga semangat kolektif untuk membebaskan yang tertindas. Membangkitkan HMI dari persimpangan sejarah, menjadikan HMI yang mengintegrasikan dirinya dengan massa rakyat, HMI yang membangun keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin, dan HMI yang merespon jaman. Tulisan ini sengaja di buat sebagai bentuk dedikasi terhadap organisasi yang sudah berusia senja ini, sebuah kritik untuk HMI dari penulis yang juga merupakan kader Himpunan Mahasiswa Islam. Doni Nuryana Penulis Doni HmI Cabang Ciputat Komisariat Fakultas Teknik Unpam Teruntuk pembaca setia Sabba “Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna” Pramoedya Ananta Toer
Jikapada fase tantangan I (1964-1965) HMI dihadapkan pada tantangan eksternal yaitu menghadapi PKI, pada fase tantangan II ini HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar secara internal dan eksternal sekaligus.
7. Fase-fase Perkembangan HMI Fase Pengokohan 5 Februari s/d 30 November 1947 Upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan dan mengembangkan HMI waktu itu antara lain Cerama-cerama ilmiah dari pemimpin-pemimpin terkemuka Memanfaatkan kongres PPMI di Malang pada tanggal 8 Maret 1947 untuk mencari dukungan HMI dari luar daerah. Berdirinya HMI cabang Klaten, Solo dan Malang. Mendukung dalam kepengurusan PB HMI mahasiswa seperti lulusan STI seperti Mintateja mahasiswa FK UGM, kemudian muncul wajah baru, Achmad Tirto Sudiro, Ushuludin Hutangalung dan lain-lain. Fase Perjuangan Bersenjata 1947-1949 Tanggal 25 Maret 1947 ditandatangani perjanjian Linggarjati antara Belanda dan Indonesia Tanggal 21 Juli 1947, Agresi Kolonial I, HMI bersama pemerintah dan rakyat melaqkukan perlawanan Tanggal 17 januari 1948, terjadi perjanjian Renvil, HMI bersama Masyumi tidak menyetujui Tanggal 18 September 1948 terjadi teror berdarah di Madiun oleh PKI melalui PPMI, HMI membentuk koprs mahasiswa dengan inti kesatuan tempur HMI yang berjuang bersama tentara siliwangi Jawa Barat melawan PKI. Dan pada saat itu pula, kekuatan yang dilancarkan “Ikrar 17 Agustus 1945” dalam tubuh umat Islam. Maka untuk mecakup semua lapanngan pekerjaan, pada tanggal 28 Desember 1945 di gedung seni seno Jogyakarta diadakan kongres muslimin Indonesia II setelah kemerdekaan, dihadiri 129 organisasi. Dan salah satu keputusan kongres menyatakan bahwa HMI sebagai organisasi Mahasiswa Islam. Lembar-lembar baru telah terbuka dengan keeksistensian HMI ditenga umat bangsa Indonesia. Rupanya persatuan dan kesatuan ini tidak berumur panjang, karena praktek politik yang dedaken dikalangan umat Islam sendiri yang pada akhirnya Masyumi pecah. Tanggal 30 November 1947 PERTI memproklamirkan diri sebagai partai Tanggal 17 Juli PSII kembali berdiri sebagai partai Tanggal 06 April 1947 NU memproklamirkan diri sebagai partai Akhirnya Masyumi pun berdiri sendiri sebagai partai Dampak dari kejadian ini mengovakan keutuhan perjanjian seni seno maka tumbulah Organisasi pelajar, Mahasiswa dan keguruan untuk kepentiangan-kepentingan partai tersebut. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI 1950-1963 Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan HMI secara garis besarnya adalah; Pembentukan cabang baru Mimindahkan PB HMI dari Yokyakarta ke Jakarta Menentukan atribut-atribut HMI Menetapkan nilai Dasar Perjuangan NDP HMI Pembentukan BAKDO Badan Koordinasi HMI tingkat promosi Pembentukan lembaga-lembaga HMI Adapun yang bersifat umum antara lain meliputi; Pendayagunaan PPMI Penegasan Idependen HMI Mendesak emerinta agar mengeluarkan UU Perguruan Tinggi Mendesak pemerintah agar pelajaran Agama diajarkan sejak SD sampaiPerguruan Tinggi Secara terinci dapat dilihat pada buku “Sejarah Perjuangan HMI” karangan Drs. Agus Salim Sitompul, pada bab V, hal 98 Fase Tantangan1964-1965 Sejak HMI melalui korps mahasiswa turut mengganyang PKI pada peristiwa Madiun 1948, dendam kusumat PKI sebagai front HMI tak kunjung padam. Karena itu ia memandang HMI sebagai Front islam terkuat sesudah Masyumi dan GPII. Maka dihembus-hembuskanlah niat jeleknya, baik melalui kaki tangan PKI maupun organisasi lain yang ia peralat untuk secepatnya menuntut pembubaran HMI. Namun Soekarno sebagai presiden RI mengatakn “Go Ahead HMI”, kenyataan akhirnya menunjukkan PKI-lah yang justru dilarang di Indonesia setelah peristwa 30 September. Fase Kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru dan angkatan 66’1966-1967 Penumpasan PKI merupakan suatu momentum yang menguak fase baru memasuki perjuangan menuntut tegaknya keadilan dan kebenaran serta perbaikan ekonomi rakyat PPMI yang sudah ditunggangi PKI tidak bisa banyak bisa diharapkan untuk menyuarakan keinginan mahasiswa pada saat itu yang akhirnya bubar, atas prakarsa ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, pada tanggal 23 oktober 1965 untuk mendirikan KAMI yang dikenal dengan TRITURANYA-nya. Setelah KAMI dibubarkan pada tanggal 27 Februar 1960 muncul KAPPI yang didirikan pada tanggal 27 Februari 1966 berperan sebagai penerus KAMI yang dipimpin oleh Husni Tamri ketua PII Tanggal 4 maret 1966 didirikanlah lasykar Arif Rahman Hakim dengan komandannya Fahmi Idris ketua HMI Jaya Fase Pembangunan Nasional 1969-sekarang Lahirnya babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia yakni Orde Baru, maka menuntut seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin kompleksnya masalah pembangunan, baik sebagai akibat peningkatan harapan masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik maupun dampak negatif dari pilihan strategis dan pelaksanaan pembangunan mengharuskan kita untuk senantiasa berfikir kreatif terhadap masalah –masalah pembangunan maupun kemasyarakatan sehingga dapat melahirkan sikap bangsa terhadap pentingnya kualitas sumber daya manusia. Sebagai organisasi kader, maka HMI dituntut untuk tanggap terhadap kecenderungan-kecenderungan ini, supaya HMI dapat berperaan Aktif dalam setiap pembangunan dan perkembangannya. Untuk itu tidaklah mengherankan jika HMI memberikan masukan yang berarti pada masa pembangunan ini diantaranya yaitu, menyatakan pernyataan PB HMI tentang lembaga kepresidenan dan lembaga UUD1945 yang isinya menyatakan dukungan HMI kepada Sidang Umum MPR untuk menetapkan Jenderal Soeharto untuk menjadi Presiden dan tidak mengubah UUD 1945, karena saat ada usaha untuk mengubah UUD sehingga menggoyahkan kepemimpinan Nasional. Di bidang pembinaan dan pembaharuan Umat, HMI memberikan masukan terhadap metode dakwah islam 1972, disamping itu juga memberikan masukan yang berarti mengenai undang-undang perkawinan 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Di bidang kepemudaan HMI bersama-sama organisasi yang lain membentuk kelompok CipayungHMI,PMII,GMNI,GMKI,dan PMKRIsebagai wadah untuk menampung aspirasi pemuda sekaligus merupakan proses mendinamisasi kretifitas pemuda. Kelompok ini di bentuk tahun 1972. elain itu secara perorangan banyak alumni HMI yang duduk dipemerintahan, swasta, organisasi dan sebagainya. Dewan bidang kealian masing-masing untuk memberikan darma baktinya dan sumbangsihnya bagi pembangunan dan mengisi kemerdekaan RI.FaseTantangan 1964 - 1965 Fase tantangan merupakan fase yang menggugat eksistensi HMI di Indonesia. Pada fase ini HMI secara nasional mendapat tekanan yang sangat kuat untuk dibubarkan yang berasal dari Partai. . Fase Tantangan 1964 - 1965 Fase tantangan merupakan fase yang menggugat eksistensi HMI di Indonesia.
Sebelum materi ini dimulai, sapa terlebih dahulu peserta training, tanyakan kabar dan kondisi hari ini, serta kesiapan peserta untuk mengikuti proses training hari ini dan selanjutnya. Agar peserta training lebih segar dan siap mengikuti materi, buat sebuah ice breaker yang dapat menyegarkan kondisi peserta. Ice breaker yang dapat digunakan yakni HMI Setelah kelihatan segar dan mulai semangat, tanya ke peserta aktivitas apa yang akan dilakukan saat ini di forum. Untuk ini arahkan agar peserta mengutarakan keinginannya masing-masing. Setelah peserta mengutarakan 2-3 kegiatan yang berbeda maka eksplorasi dan arahkan agar peserta menyepakati penyampaian materi sebagai aktivitas selanjutnya. Setelah rata-rata menyepakati untuk penyampaian materi, maka tanyakan ke audiens materi apa yang akan dibahas, sekaligus mencari tahu kesiapan peserta mengenai materi dan relevansinya terhadap aktivitas training, dengan pertanyaan ”kenapa harus materi ini?” dan arahkan agar peserta menyepakati untuk masuk ke materi sejarah HMI. Setelah dieksplorasi dan disepakati bersama bahwa materi yang akan disampaikan adalah sejarah HMI Jelaskan bahwa hari ini sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentang materi yang lain, kita terlebih dahulu harus mengetahui bahwa kita sekarang sedang mengikuti proses yang ada di HMI jadi agar kita mengetahui lebih dalam mengenai wadah yang kita ikuti ini maka kita haruslah mengetahui wadahnya tersebut, karena itu kita harus membahas tentang sejarah HMI, sebagai upaya mengetahui wadah yang sedang kita ikuti. Untuk memulai penyampaian materi eksplor kembali ke peserta apa itu sejarah, dan mafaat mempelajari sejarah dalam kehidupan. Setelah cukup tereksplor, uraikan bahwa menurut Ruslan Abdul gani, bahwasanya dalam mempelajari sejarah, kita membahasnya dalam tiga dimensi waktu yaitu – Masa lalu – Masa sekarang – Masa yang akan datang Jelaskan juga mengapa membahas sejarah harus melibatkan tiga dimensi waktu tersebut. 9. Setelah mengerti tentang sejarah dan dimensi pembahasannya, eksplorasi juga apa itu HMI?10. Setelah cukup maka, simpulkan bahwa forum ini akan membahas HMI khususnya pergerakannya dalam tiga dimensi waktu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 11. Setelah itu bagilah white board menjadi tiga sisi dan membaginya menjadi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 12. Setelah itu, masuki pembahasan HMI pada masa lalu, mulai dengan mengeksplor latar belakang berdirinya HMI. Setelah dieksplor jelaskan bahwasanya HMI lahir karena tiga hal besar yang melatarbelakangi berdirinya HMI yaitu Kondisi keumatan bangsa Indonesia Kondisi kebangsaan di Indonesia Kondisi kemahasiswaan di Indonesia 13. Setelah selesai menjelaskan latar belakang beridinya HMI tersebut maka selanjutnya eksplor sosok pendiri HMI dan dinamika pembentukan HMI. Setelah selesaikan jelaskan sosok Lafran Pane sebagai tokoh pendiri HMI dan jelaskan pula dinamika yang dialami Lafran Pane dan kawan-kawan dalam membentuk HMI. 14. Setelah itu uraikan pula kepada peserta fase-fase perjuangan HMI antara lain – Fase proses berdirinya HMI 1946-1947 – Fase berdiri dan pengokohan HMI 1947 – Fase perjuangan bersenjata & perang kemerdekaan dan menghadapi pemberotakan PKI 1947-1949 – Fase pembinaan dan pengembangan HMI 1950-1963 – Fase tantangan I 1964-1965 – Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor angkatan ’66 1966-1968 – Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969 – Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI 1970-1998 – Fase reformasi 1998-2000 – Fase tantangan II 2000-sekarang 15. Setelah selesai dapat ditabulasi apa saja prestasi yang telah diukir di masa lalu, diantaranya – HMI mempunyai andil dalam pembentukan cendikiawan muslim Indonesia. – HMI memberikan Kontribusi dalam pembinaan generasi muda. – HMI memberikan sumbangsih dalam mempertahankan negara. – HMI memberikan sumbangsih dalam melawan PKI. – HMI turut mempelopori angkatan ’66. 16. Setelah selesai tanyakan ke peserta, apakah ada pertanyaan tentang materi ini. Kalau tidak ada lanjutkan pembahasan HMI pada masa sekarang ini. 17. Sebelum materi ini dilanjutkan, berikan ice breaker kembali kalau peserta terlihat jenuh, ice breaker yang digunakan adalah “tepuk HMI”. 18. Setelah itu dapat dilanjutkan, untuk pembahasan HMI pada masa kini, siapkanlah kertas HVS F4 sebanyak peserta dan bagikan kepada peserta sebanyak 2 lembar . 19. Setelah dibagi, jelaskan pada peserta untuk mengisi kertas tersebut, untuk kertas yang pertama diisi dengan kondisi HMI dari sisi positifnya untuk sekarang ini, dan untuk yang satu lagi diiisi dengan kondisi HMI dari sisi negatifnya tekankan untuk pengisian kertas dapat diisi dari apa yang pernah dialami atau dilihat dan dikomparasikan dengan kondisi HMI pada masa lalu yang telah disampaikan di awal. 20. Kemudian arahkan agar peserta melekatkan kertas tersebut di whiteboard yang telah disediakan. 21. Setelah selesai eksplor setiap kertas yang ada dan disortir kertas yang memiliki kesamaan maksud dan dipilih satu saja dari beberapa kertas yang sama. 22. Jika sudah selesai bandingkan mana kondisi yang sekarang lebih banyak dan lebih mewakili kondisi HMI saat ini. Sisi positif atau negatif. 23. Kalau yang lebih banyak sisi positifnya maka, bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu apakah perjuangan HMI mengalami kemajuan atau kemunduran? 24. Kalau yang lebih banyak sisi negatifnya maka bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu , apakah HMI mengalami kemajuan atau kemunduran?. 25. Kalau perjuangan HMI mengalami kemajuan di mana letak kemajuan HMI tersebut ? 26. Kalau mengalami kemunduran dimana letak kemundurannya? 27. Baik maju ataupun mundur tekankan kembali untuk dibandingkan dengan kondisi pada masa lalu, setelah selesai akhiri dengan membuat suatu kesimpulan tentang kondisi HMI pada masa sekarang ini. 28. Setelah selesai maka kini arahkan peserta untuk membahas HMI pada masa yang akan datang, maka untuk pembahasan ini kita saat ini hanya bisa merencanakannya untuk saat nanti. 29. Untuk merencanakannya jelaskan bahwa peserta dapat menganalisanya dengan mengggunakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini, maka kertas yang – kertas yang memuat kondisi HMI pada masa sekarang ini dapat digunakan kembali . 30. Untuk itu gunakanlah salah satu metode dalam pembuatan sebuah pelaksanaan perubahan dalam proses perencanaan, salah satunya ialah dengan Metode FFA Force Field Analysis. Intinya dalam metode ini untuk melakukan perubahan atau peningkatan tentulah harus merubah status Quo yang ada, ada dua caranya yaitu – Meningkatkan kekuatan pendorong yang ada dan – Menurunkan kondisi yang menghambat 31. Setelah selesai maka eksplor dan jelaskan kepada peserta – Siapa yang membuat HMI ini maju atau mundur? – Untuk menentukan nasib HMI pada masa yang akan datang kapan kita dapat menentukannya? 32. Setelah itu jelaskan bahwasanya HMI pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh anggota HMI yang pastinya anggota yang ada pada masa kini, bukan pada masa lalu atau masa yang akan datang, jadi tegaskan bahwa saya, anda, dan kita semua yang menentukan HMI ini ke depannya dan ini adalah sebuah amanah tersendiri untuk anggota yang ada pada saat ini. 33. Setelah itu tanamkan pada peserta untuk membuat proyeksi ke depan dengan teknis dapat menuliskannya di buku harian atau di badge nama, untuk proyeksinya peserta dapat mengisi dengan – Apa yang anda inginkan di HMI? – Apa yang akan anda lakukan di HMI hari ini, dan ke depannya untuk memperthankan dan memperbaiki HMI dalam bentuk konkrit? 34. Setelah itu jelaskan bahwa proyeksi tersebut mudah-mudahan mampu menjadi afirmasi positif bagi peserta dalam beraktivitas di HMI dan peserta sendirilah yang dapat mengevaluasinya. 35. Untuk mengakhiri materi ini, berikan QS. Al-Ahzab 33 72, eksplor dan jelaskan bahwa peserta merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menerima amanah ini yakni memperbaiki HMI dalam mencapai tujuan HMI. 36. Jelaskan juga bahwa ketika menerima amanah ada orang yang menerima amanah dengan menjalankannya, itulah yang dikatakan beriman dan ada yang menolak dan mengingkari amanah terbut itulah mereka yang kafir terhadap amanah, karena itu suruh peserta untuk membuka Al-Anfal 8 55 37. Jelaskan kembali bahwasanya HMI itu adalah alat yang digunakan untuk berjuang, HMI yang hari ini beraktivitas belandaskan qur’an dan sunnah maka landasannya itulah yang harus diterapkan di HMI dan mewarnai HMI, karena itu dengan HMI mari kita majukan Islam dan ciptakan kondisi yang sesuai qur’an dan sunnah. 38. Tutup materi ini dengan sebuah pernyataan ”katakan saya yang ingin memajukan Islam dengan HMI” dan ”katakan saya yang ingin memajukan HMI” 39. Semangati audiens untuk mengatakan saya. 40. Tutup dengan salam dan serahkan forum ke pengelola yang lain.
DimanaHMI ini adalah salah Satu organisasi diluar kampus yang berasaskan islam. HMI adalah organisasi yang berdiri pada 5 Februari 1947 yang dipelopori oleh Lafran Pane. Semenjak berdirinya HMI begitu banyak peranan dan perjuangan yang diberi kan HMI kepada IndonesiaI, sebagai berikut: 1. Partisipasi Politik HMI periode 1947 - 1960.Tepat pada 05-Februari-2022, Organisasi yang bernama Himpunan mahasiswa Islam HMI merayakan Milad hari kelahiran nya yang ke 75. Sebagaimana telah menjadi tradisi di masyarakat seluruh dunia, ketika berbicara tentang hari kelahiran, baik itu di tataran personal atau komunitas sosial. Perihal ini sangat identik sekali dengan perayaan-perayaan simbolis maupun ceremonial untuk merefleksikan sesuatu ataupun me-regresi ingatan pada hal yang telah berlalu silam guna memunculkan harapan dan doa, ide dan gagasan ataupun hanya sekedar perayaan simbolik tanpa memuat substansi artian lain, ketika kita kehilangan substansi dari sesuatu maka yang kita pegang sejatinya adalah aksidenta semata. Kehilangan substansi disini dimaksudkan sebagai kegagalan seseorang dalam menangkap makna dan inti dari sesuatu secara tepat dan akurat. Sehingga nya substansi tersebut akan berubah menjadi simbolis atau atributif semata. Nah di tulisan ini, kita akan menyelami judul di atas sampai ke dasar ataupun hal-hal yang fundamental dan radikal. Sebelum masuk kedalam ruang yang lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita mulai dari pintu dan pondasinya agar lebih terstruktur dan sistematis dalam penjabaran nya. Untuk itu mari kita mulai dari definisi terlebih RefleksiSecara etimologis, refleksi berasal dari bahasa inggris yaitu "reflection" yang berakar dari bahasa latin "reflectere". artinya adalah "Melengkung ke belakang". Sedangkan secara terminologi refleksi adalah meditasi yang mendalam untuk memeriksa sesuatu guna mendapatkan ide dan kata kritis, berasal dari kata "kritikus", "kritikos" yang artinya "menilai" atau ia mengidentifikasi kapasitas intelektual dan cara "menilai", "menilai", "untuk menilai", serta "mampu membedakan nya".Kritis atau critical juga bisa didefinisikan sebagai upaya melibatkan penilaian yang terampil tentang kebenaran, prestasi, dll. Didalam sejarah, orang yang pertamakali dianggap sebagai "Bapak Kritis" ataupun orang yang pertamakali memperkenalkan metode berpikir Kritis adalah Sokrates. Ia telah menemukan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai "Socratic Questioning" Dalam metode tersebut, ia menetapkan pentingnya mencari bukti yang teliti untuk menguji pemikiran dan asumsi-asumsi, analisis konsep-konsep dasar, dan menyampaikan implikasi ke luar yang tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi apa yang dilaksanakan. Lalu apa yang dimaksud dengan berpikir reflektif dan berfikir kritis ?.Menurut Busthan Abdy Berpikir reflektif itu sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis di dalam diri sendiri 2016;134. sementara Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey artinya adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten terus-menerus dan teliti, mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya Dewey, 19099.5. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif-kritis atau Refleksi Kritis artinya berpikir secara terus menerus guna mendapatkan ide-ide kritis didalam diri sendiri atau suatu kelompok ataupun komunitas kapan refleksi kritis itu muncul? Dan kenapa ia muncul ?. Kita akan coba menjawab nya dalam konteks optik geometris sebagai alat ukur nya. Didalam optik geometris "Refleksi atau pemantulan adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi medium asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium". Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe specular reflection Refleksi Spekuler dan diffuse reflection Refleksi Difusi. Specular reflection menjelaskan perilaku pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata, seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap seperti pada kertas atau batu 6. Jika kita tarik dalam konteks ke-HMIan. Kita bisa menganggap bahwa Cahaya itu adalah Citra HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dan pantulan dari sebuah obyek itu adalah konflik dan masalah yang dihadapi oleh HMI Masalah substantif ; Bercahaya; dan sebaliknya. Dimasa lalu, HMI turut serta dalam perjuangan bangsa seperti meredam pemberontakan PKI Muso di madiun dan solo 1948, melawan agresi militer belanda 1949, sampai pada puncaknya yaitu turut andil menjatuhkan otoritarianisme orde baru 1998. Oleh karena masalah yang substansial tersebut, HMI menjadi lebih bersinar dan bercahaya. Dalam artian nya HMI bercahaya dikarenakan mampu menyelesaikan persoalan dan polemik yang dihadapi oleh umat dan bangsa Refleksi Spekuler.Namun kini agaknya, HMI malah terjebak dalam masalah-masalah yang tidak substantif bercahaya. Oleh karena nya, Citra HMI pun semakin redup di bumi pertiwi ini. Tak mungkin obyek yang tidak mengkilap mampu memantulkan cahaya. Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang lebih sering berkonflik di internal nya sendiri sehingga wilayah-wilayah eksternal pun menjadi tidak terjamah. Itulah yang kita maksudkan sebagai "diffuse reflection" atau refleksi difusi. Lalu kapan Dan Kenapa refleksi Itu muncul? Tentunya karena ada pergeseran nilai yang terjadi dari forma ideal nya yang didorong oleh kesadaran, baik kesadaran individual maupun kesadaran kolektif. Seperti Tujuan HMI dipasal 4 AD, tatkala terjadi pergeseran nilai konotasi negatif, maka hal Ini sangat potensial atau memungkinkan untuk melahirkan refleksi kritis untuk menghasilkan terobosan MiladKata Milad berasal Dari Bahasa Arab "Walada" yang berarti "Kelahiran". kata Milad merupakan Isim Mashdar dari Fi'il Madli yang sama. Di Indonesia sendiri Kita juga sering menjumpai Kalimat "Yaumul Milad" yang artinya "Selamat Ulangtahun". Nah, kita akan melacak genealogi tradisi Ini supaya tidak memunculkan kefanatikan kita pada penting atau tidaknya perayaan ini dilakukan. Kita akan Lacak dalam transisi tradisi perayaan nya dalam beberapa hal berikut 1. Bangsa Mesir Memulai Tradisi Perayaan Ulang ribuan tahun yang lalu, saat Firaun memakai mahkota untuk bangsa Mesir Kuno, masyarakat menganggapnya sebagai wujud Dewa. Sehingga hari tersebut dianggap lebih penting dibanding kelahiran masyarakat biasa ke dunia. Tanggal kelahiran Firaun sebagai 'Dewa' tersebut terus dirayakan berulang kali setiap Bangsa Yunani Menambahkan Lilin Saat Ulang TahunSedangkan bangsa Yunani yang memperkenalkan tradisi lilin ulang tahun. Warga Yunani akan mempersembahkan kue berbentuk bulan untuk Artemis dengan beberapa lilin di atas kue. Mereka memakai lilin sebagai refleksi cahaya bulan dan kecantikan. Akhirnya tradisi ini dipakai banyak orang untuk merefleksikan ulang tahun sebagai awal kehidupan baru yang lebih Bangsa Romawi Kuno Mulai Rayakan Ulang Tahun Untuk Orang BiasaAwal perayaan ulang tahun adalah untuk raja dan dewa, namun bangsa Romawi memulai perayaan ulang tahun untuk masyarakat 'biasa'. Orang biasa dapat merayakan ulang tahun dengan teman dan keluarga mereka. Mereka juga mulai mengenal tradisi memberi kado. Pada masa itu, kado yang berharga adalah tepung terigu, minyak zaitun, madu dan keju parut. Dengan catatan, hanya pria yang boleh merayakan ulang tahun. Wanita baru diperbolehkan merayakan ulang tahun pada abad Kue Ulang Tahun Pertama Diciptakan Tukang Roti JermanDi abad ke-18, perayaan ulang tahun mulai menyebar ke seluruh dunia, bahkan di China. Di Jerman, perayaan ulang tahun anak-anak haruslah ramah dan menyenangkan. Untuk membuat suasana lebih menyenangkan, dibuatlah kue ulang tahun yang awalnya berbentuk roti. Lalu di atas roti diberi lilin-lilin yang bila ditiup mitosnya dapat mengabulkan Kue Ulang Tahun Manis dan Cantik Hanya Untuk Orang KayaPada masa revolusi industri, kue ulang tahun dibuat lebih mewah dan manis, sebagai simbol manisnya pertambahan usia. Pada masa itu, roti dianggap sebagai makanan kelas biasa yang bisa dinikmati semua kalangan. Maka diciptakan kue-kue manis yang bentuknya cantik untuk perayaan ulang tahun keluarga-keluarga kaya. Tapi pada akhirnya, saat semua orang sudah bisa membeli bahan kue dan bisa membuat kue ulang tahun, tradisi ini menyebar ke seluruh Lagu "Happy Birthday to You" Awalnya Adalah Lagu Selamat PagiPada tahun 1893, Patty Hill dan Mildred J menulis lagu yang berjudul "Good Morning To All" untuk dinyanyikan oleh siswa-siswa di seluruh dunia. Saat lagu ini sampai di Amerika, keluar berbagai versi lain. Pada tahun 1924, Robert Coleman mengeluarkan buku lagu yang mengganti lirik lagu itu dan diulang-ulang menjadi lagu yang kita tahu sekarang, yaitu "Happy Birthday to You". 7.Sebagai Negara bekas jajahan, tentunya proses asimilasi maupun akulturasi budaya/tradisi menjadi hal yang memungkinkan tradisi ini Sampai ke Indonesia. Maka tak heran jika dalam Milad HMI juga terjadi perayaan dengan memotong kue dan Milad ke-75 HMITerhitung sejak berdiri nya pada 05-Februari 1947, HMI telah menjadi organisasi mahasiswa Islam tertua yang masih bertahan eksis hingga saat ini. Di tahun ini pula HMI telah berusia 75 tahun, tepat pada tanggal 05-Februari-2022. Pada milad ke-75 ini kita akan coba mengupas apa makna yang tersirat didalam Relevansi nya dengan Al-QuranKita akan mengambil surat ke-75 dalam Al-Quran yaitunya Qs. Al-Qiyamah Hari kebangkitan. Surah Al-Qiyamah ini tergolong ke dalam surah Makkiyah yang berjumlah 40 ayat. isinya menitikberatkan pada persoalan hari kebangkitan dan hari pembalasan sebagaimana yang tercantum dalam rukun iman. Secara khusus, Surah Al-Qiyamah membicarakan tentang hari kiamat dan prahara nya, keadaan manusia ketika sekarat, dan apa yang di alami oleh orang kafir ketika di akhirat 1-4 menjelaskan tentang kebenaran akan datangnya hari kiamat atau hari kebangkitan yang mana Allah SWT bersumpah dengan hari kiamat dan menegaskan tentang kebenaran datangnya serta tidak ada keraguan didalamnya. Ayat 7-12 menjelaskan tentang sebagian tanda-tanda hari kiamat yang mengerikan seperti bulan gerhana, mata manusia bingung, makhluk dan umat manusia dikumpulkan untuk menerima perhitungan amal dan, hari pembalasan. Ayat 16-19 menjelaskan tentang keinginan Nabi Muhammad SAW untuk menghafal al-Quran ketika Jibril membacakannya. Beliau bersusah payah mengikuti Jibril dan menggerakkan lidah bersamanya ketika menghafalkan apa yang dibaca Jibril. Maka Allah memerintah beliau untuk mendengarkan bacaan al Quran dan jangan menggerakkan 22-25 menjelaskan tentang pembagian umat manusia di akhirat menjadi dua bagian yaitu Orang yang beruntung dan Orang yang celaka. Orang yang beruntung wajahnya bersinar cerah dengan cahaya dan memandang Tuhan mereka. Sedangkan Orang yang celaka wajahnya gelap dan diselubungi kehinaan. Ayat 26-33 menjelaskan tentang seseorang ketika sakaratul maut yang mengalami berbagai kesulitan dan ketakutan. Saat itu manusia mengalami kesulitan dan kesempitan yang tidak terbayang. Ayat 36-40 menjelaskan tentang keyakinan tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar dan hari akhirat dengan dalil-dalil rasional. 8Sebagai organisasi yang berasaskan Islam, tentu nya kader-kader HMI tidak menepikan atau meragukan kebenaran datangnya hari kebangkitan. Sebab hal ini juga dijelaskan di dalam ideologi HMI itu sendiri yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP terutama di BAB I tentang Dasar-dasar Kepercayaan. Akan tetapi yang jadi persoalan nya adalah sudah sejauh mana kita berbekal dan apa yang telah kita persiapkan untuk menyongsong datangnya hari kiamat. Kita sebagai manusia tidak mengetahui pasti kapan datangnya, sebab Hanya Allah semata lah yang mengetahuinya. Dari pertanda tersebut tentu kita diberi ruang untuk berbekal setiap hari atau bahkan setiap detik menuju kehidupan akhirat kelak. Namun tampaknya kita sebagai manusia seringkali lalai, khilaf dan menunda-nunda ini sejenak mengingatkan kita pada pernyataan Hajriyanto Y. Thohari Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 1993-1997 bahwa HMI sejak satu dasawarsa terakhir semakin tidak terlihat sama sekali sibghah keislaman nya. baik keislaman nya, baik pada aktivitas maupun semangat intelektualitas nya. Dalam ukuran yang sederhana, Thohari Menyatakan, semangat mempelajari Islam dan mengamalkan nya jauh lebih bergelora pada gerakan mahasiswa Islam kontemporer. 9Tentunya kita mengerti dengan maksud pernyataan diatas. Sebagaimana dalam NDP Bah II "Pengertian-Pengertian dasar tentang kemanusiaan" bahwa mesti ada keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas untuk menuju kualitas insan cita, pengabdi dan insan kamil. Kelunturan kualitas-kualitas tersebut lah yang dimaksudkan pada pernyataan diatas. 10Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang mengalami masalah pelik dalam internal organisasi nya. Sehingga nya banyak sekali problem-problem yang sejatinya membutuhkan uluran tangan dari kader-kader HMI menjadi terabaikan akibat masalah internal tersebut. Seperti konflik dualisme di PB HMI yang berujung pada rekonsiliasi antara Al-Jihad dengan Arya Kharisma. Tak usai sampai disitu, telah muncul pula PJ Ketua Umum baru ditahun 2021 kemarin. Bahkan ironisnya, konflik ini berimbas kepada tingkatan BADKO, Cabang, bahkan kita relevansikan dengan surah di atas, maka HMI hari ini sedang mengalami krisis dan kejumudan berislam. Persoalan nya bukan lagi pada sisi intelektualitas dan pengetahuan nya akan Islam, tetapi pada aspek spiritual dan pengamalan nya. Di Bab II NDP di jelaskan bahwa sesuatu dapat menjadi nilai ketika ia telah melembaga dalam tindakan atau pengamalan , sedangkan di Bab 8 Penutup dijelaskan juga bahwa inti NDP yaitu Beriman, Berilmu dan Beramal sebagai sesuatu yang integral. Maka dari itu pengamalan akan ilmu baik yang sifatnya vertikal ataupun horizontal mesti lebih dimasifkan. Karena kita tidak tau hari kiamat itu kapan datangnya, tetapi kita bisa menyiapkan bekal untuk akhirat kelak dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita selama masih ada waktu dan kesempatan di atas dunia. Sebab dunia hanyalah persinggahan sementara untuk memproduksi amal shaleh menuju kehidupan Tafsir Angka Milad ke buku "Power of Numbers" Tan PhD, kita akan menafsirkan makna tersembunyi dari angka kelahiran Hmi dengan usia HMI saat ini. Yaitu dengan cara Mengkombinasikan angka akar dari hasil pencarian "05-Februari-1947" dengan "05-Februari-2022". Setelah melakukan perhitungan menggunakan metodologi didalam buku tersebut, maka dapat lah angka akar kombinasi nya adalah 5. Lalu bagaimana dengan tafsiran nya ?.Tafsir angka akar kombinasi 5. adalah ketika ia bersama-sama, rintangan dan kesulitan akan terjadi. Anda harus bergerak ke sana kemari, Anda lebih sering mencari yang terbaik, halangan yang tidak terduga akan menanti tetapi ini membuat anda mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Angka 5 adalah angka penentu arah. Berdasarkan tafsiran ini, kita mesti berbenah untuk menjawab tantangan masa kini dan menyongsong tantangan yang akan muncul di masa yang akan datang. Seorang Kader HMI yang diartikan sebagai tulang punggung organisasi adalah penentu arah kemana organisasi HMI ini akan bermuara. Dan kita sama-sama berharap bahwa HMI kedepannya dapat membangkitkan lagi ghirah keislaman-keindonesiaan menuju "Arah Baru HMI ; Berdaya Bersama Menuju Indonesia Emas 2045" sebagaimana yang terlampir pada tema dan twibbon Milad HMI yang ke-75. semoga saja HMI benar-benar bisa kembali ke Cita-cita idealnya yaitu "Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT"D. Perjalanan panjang HimpunanHMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat pengurus Besar Pasal 2 AD HMI. Berbicara mengenai Napak tilas perjuangan HMI, maka tak lepas dari bagaimana proses pendirian nya hingga masa sekarang. Dan ketika berbicara mengenai proses pendirian nya maka hal ini tak lepas dari Lafran Pane yang disebut-sebut sebagai Pendiri Latar belakang berdirinya HMISecara umum, terdapat empat latar belakang berdirinya HMI, yaknia. Situasi Dunia Internasionalkondisi dunia islam yang semakin terpuruk, menimbulkan pertanyaan dari berbagai kalangan. Jika diteliti lebih dalam, umumnya penyebab keterpurukan ini diawali dari kemunduran berpikir hingga berlanjut pada kemandekan dalam berpikir. Ketika islam sudah mencapai masa kejayaan, hal yang patut diwaspadai adalah keteledoran. Umat islam yang berada di atas angin, mulai melupakan perjuangan untuk merintis islam lebih dalam. Akhirnya, mereka menjadi generasi penikmat saja, bukan generasi dari keterpurukan ini, muncullah suatu gerakan untuk mendongkrak semangat islam kembali. Gerakan ini disebut gerakan pembaharuan. Melalui gerakan ini, ajaran islam akan dikembalikan pada hakikatnya. Islam tidak hanya tentang hal-hal yang sakral saja, tapi islam juga berkaitan dengan pengamalan hidup sehari-hari. Sehingga, tujuan gerakan Pembaharuan ini, tak lain adalah untuk mengembalikan ajaran islam pada kebenaran, yakni dengan berlandaskan al-quran dan hadits. Dengan adanya gerakan ini, muncullah tokoh-tokoh gerakan pembaharuan. Seperti di Turki 1720, di Mesir 1807 dan pembaharu nya yang terkenal Muhammad Iqbal, Muhammad Abduh, At-Tahtawi, Muhammad Abdul wahab, Sayyid Ahmad Khan, Situasi NKRIKetika Cornelis de Houtman menjejakkan kakinya di Banten pada 1596, seketika itu pula Indonesia mulai merasakan penjajahan yang dilakukan Belanda. Selama 350 tahun dijajah, ada tiga hal yang dibawa1. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya, dan Zending agama kristiani,3. Peradaban Barat yang kental sekularisme dan perjuangan terus-menerus dan doa yang tiada henti, akhirnya pada 17 Agustus1945, Soekarno-Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan. Menandakan bahwa Indonesia telah terbebas dari tangan penjajah Kondisi Mikrobiologis Umat Islam di umat islam sebelum berdirinya HMI, terbagi dalam empat golongan. Pertama sebagian yang melakukan ajaran islam hanya sebagai kewajiban yang di adat kan seperti dalam upacara perkawinan, kematian dankelahiran. Kedua Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran islam sesuai yang dilakukan nabi Muhammad. Ketiga Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yangterpengaruh oleh mistisisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini hanya untuk kepentingan akhirat saja. Keempat Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama islam. Mereka berusaha agar agama islam dapat dipraktekkan dalam keseharian masyarakat Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia dua faktor yang mendominasi ada Perguruan Tinggi PT dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama sistem yang diterapkan dalamdunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah pada sekulerisme yang "mendangkalkan agama di setiap kehidupan manusia". Kedua adanya Perserikatan mahasiswa Yogyakarta PMY dan Serikat Mahasiswa Indonesia SMI di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh komunis. Bergabungnya dua faham ini sekuler dan komunis, melanda dunia PT dan kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya"krisis keseimbangan " yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan hati, jasmani dan rohani serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan Latar belakang pemikiran Berdirinya HMI, sebagaimana kita tahu bahwa HMI didirikan atau diprakarsai oleh lafran Pane. Seorang mahasiswa STI di Yogyakarta yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Ayahnya seorang tokoh pergerakan nasional di Sipirok dan dua saudaranya Sanusi Pane dan ArmijnPane merupakan salah satu pujangga era klasik di indonesia. Lafran kecil, remaja dan dewasa yang nakal, suka memberontak dan "bukan anak sekolah yang rajin adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari independensinya. Perjalanan hidup lafran yang berliku dengan tanpa menyerah dijalaninya. Ia terus berusaha menemukan kebenaran sejati, sehingga terbentuk HMI. Ia berpikir, bahwa "Melihat dan menyadari keadaan mahasiswa yang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya." Hal ini, terjadi karena sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Sehingga, perlu dibentuk wadah yang dapat merubah keadaan tersebut serta cocok bagi mahasiswa yang selalu inovatif untuk melakukan pembaharuan dalam segala bidang. Maka, dalam keadaan yang bergolak pasca kemerdekaan, harus ada yang ikut membela dan mempertahankan keutuhan NKRI serta mengusahakan kesejahteraan Saat-saat berdirinya HMIRencana pendirian HMI oleh Lafran Pane diawali dengan mengumpulkan sejumlah pemuda di daerah Kauman Yogyakarta, baik yang ada di Sekolah Tinggi Islam STI, Sekolah Tinggi Teknik STT maupun yang berada di Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada untuk melakukan rapat. Rapat ini dihadiri lebih kurang 30 Mahasiswa. Diantaranya terdapat pengurus PMY Persyarikatan Mahasiswa Yogyakarta dan GPII Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang telah berulang dilaksanakan belum melahirkan perkumpulan karena ditentang oleh PMY dan GPII, bahkan tidak sedikit pula yang penjajakan pendapat publik terhadap kemungkinan lahirnya HMI, Lafran bertukar pikiran dengan Kahar Muzakkir Rektor STI saat itu. setuju dengan syarat organisasi yang didirikan tersebut tidak terlalu mencampuri urusan politik. Tidak berselang lama, gagasan Lafran telah menyebar dikalangan STI. Lafran segera menyiapkan Anggaran dasar dan nama organisasi yang akan ditawarkan yakni nya HMI Himpunan Mahasiswa Islam. Mantan penjual karcis bioskop sepertinya paham sekali asal tawaran film nya bagus, karcis tidak susah semakin matang nya situasi yang mengiringi kelahiran HMI, Lafran tidak menyianyiakan momentum yang ada. Saat itu pada jam kuliah tafsir, dosen nya Hussein Yahya. Lafran meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku Ketua III Senat mahasiswa STI, Hussein yahya mengizinkan meskipun belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu. Akhirnya, dengan segala persiapan. Hari Rabu Pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, Jam 1600 sore, bertempat disalah satu ruangan kuliah STI, Jalan Setyodiningratan. Lafran Pane langsung berdiri didepan kelas dan memimpin mengatakan Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Islam, karena semua persiapan dan perlengkapan sudah beres. Siapa yang mau menerima Berdirinya organisasi mahasiswa Islam ini, itu sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus Sosok Lafran PaneSemenjak diadakannya kongres XI HMI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974, Lafran pane sah ditetapkan sebagai pemrakarsa atau pendiri HMI. Lafran adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Karena Lafran lahir dan tumbuh pada masa penjajahan, kehidupan yang dijalaninya tidak mudah, dan terkadang ia harus berpindah tempat untuk mengikuti orang tuanya. Pendidikannya pun tidak berjalan "normal" dan "lurus". Meski ia dikenal sangat nakal di sekolah, ia juga dikenal sangat cerdas. Ketika beranjak dewasa, ia mulai berpikir radikal dan mencari hakikat hidup sebenarnya. Pada Desember 1945, Lafran pindah ke Yogyakarta, karena sekolah STI Sekolah Tinggi Islam tempatnya menimba ilmu dipindahkan, yang semula berada di jakarta. Ia memperoleh pendidikan agama yang lebih intensif sehingga membuka jalan baginya untuk terus berpikir dan lafran, islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena menjadikan umat islam bahagia dunia dan akhirat. Tahun 1948, Lafran pindah studi ke Akademi Ilmu Politik AIP. Saat balai Perguruan Tinggi gajah mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gajah Mada UGM, secara otomatis Lafran termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM,AIP berubah menjadi fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut, pada 26 Januari 1953. 155. Visi Pendiri HMIa. Gagasan Pembaharuan Pemikiran KeislamanUntuk mengetahui dan memahami ajaran islam secara utuh, harus meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran islam. Islam menjamin, bagi siapa yang memeluknya, ia akan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Tugas mulia umat islam adalah mengajak manusia kepadakebenaran illahi dan kewajiban umat islam adalah menciptakan masyarakat adil,makmur secara material maupun spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan tersebut, ajaran islam dapat diamalkan dengan baik dan benar. Gagasan pembaharuan pemikiran islam pun hendaknya dapat menyadarkan umat islamyang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial BudayaKemajemukan. Sosial budaya masyarakat Indonesia, terkadang menimbulkan sisi baik dan buruk. Meski kemajemukan merupakan sumber kekayaan bangsa yang tak ternilai, tetapi keberagaman yang tak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan awal pembentukan HMI, juga tidak terlepas dari gagasan dan visi sosial budaya, yakni1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran tujuan tersebut, HMI ingin agar kehidupan sosial-budaya yang Ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial-budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, Tetapi perlu proses Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan untuk bersatu secara integral, sebenarnya telah terbentuk saat awal-awal berdirinya HMI. Sebagaimana rumusan awal tujuan HMI, yakni1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia terkandung wawasan keindonesiaan dan kebangsaan.2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam terkandung pemikiran keislaman.Itulah dasar perjuangan HMI dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keutamaan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan untuk menciptakan kaderberkualitas insan cita. Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI hasil Kongres IX HMI di Malang tahun1969 sampai sekarang, "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah". 166. Fase-Fase Perjuangan HMIa. HMI dalam Fase Perjuangan perjuangan fisik, HMI ikut berjuang ketika pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pemberontakan tersebut, bertujuan untuk mendirikan "Soviet Republik Indonesia". Menanggapi hal tersebut, HMI menggalangseluruh kekuatan mahasiswa melalui Corps Mahasiswa. Selama krisis tersebut, HMI rela meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan NKRI dari pemberontakan PKI dan menghadapi perlawanan pula dari agresi militer anak umat dan anak bangsa, HMI berusaha memposisikan diri sebaik mungkin. Ia pun rela memanggul senjata demi keutuhan NKRI. Sebab, HMI berkeyakinan bahwa masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, HMI selalu berusaha untukmempersatukan. 17b. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi PKI semakin merajalela di era 60-an, HMI berusaha untuk menggalang konsolidasi untuk melawan PKI. HMI berusaha untukmengumpulkan semua pihak non komunis agar PKI Madiun tidak mengancam persatuan kedaulatan bangsa, umat islam dan HMI itu sendiri. Sejatinya, ideologi komunis itu bertentangan dengan dasar negara kita, yakni itu, PKI juga berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan konferensi akbar di Kaliurang, Yogyakarta pada 9-11 April 1955, dengan keputusan1. Menyerukan kepada khalayak untuk memilih partai-partai Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi perdebatan dan tidak saling Kepada warga dan anggota HMI supayaa. Wajib aktif dalam Wajib aktif memilih salah satu partai Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai silam yang mendapat banyak tekanan dari pihak yang tidak suka saat itu. Sebab, ada tuduhan yang menyatakan HMI kontra revolusi, dll. Akhirnya, HMI menggelar musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di jakarta pada1962. HMI pun dapat selamat dari isu dan tuduhan miring, sehingga dapat berjalan hingga sekarang. 18c. HMI dalam Transisi Orde lama dan Orde 1965, HMI kembali lagi terancam goyah. Namun, lagi-lagi HMI bisa selamat. HMI adalah salah satu organisasi yang menentang ajaran komunis kala itu, sedangkan PKI, Merupakan kekuatan sosial-politik yang besar di negara kita,yang ingin membubarkan HMI. Bahkan, PKI sempat menyatakan "kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja". Puncaknya, PKI melakukan pemberontakan pada peristiwa yang dikenal G 30 S/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut, dimulai dengan melakukan penculikan terhadap perwira tinggi AD, kemudian membunuh mereka. Menyikapi hal ini, HMI ikut membantu pemerintah untuk meringkus PKI dan mendukung ABRI. Bahkan, hingga lengsernya presiden Soekarno, yang digantikan oleh Soeharto, HMI tetap ikut berjuang menumpas sisa-sisa PKI dan menjalankan Pancasila serta UUD HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi kader HMI, kita harus memiliki kualitas insan cita, yang nantinya akan tercipta kader intelektual berlandaskan iman yang kuat. Adapun peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan, sbb1. Partisipasi dalam pembentukan situasi dan Partisipasi dalam pembentukan Partisipasi dalam bentuk menjalankan peran tersebut, banyak rintangan yang dihadapi, salah satunya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI serta perpecahan HMI menjadi dua HMI Dipo dan MPO.e. HMI dan Fase pasca Orde orde baru, menandakan dibukanya tatanan pemerintahan baru bagi bangsa Indonesia. Era reformasi pun dimulai. Namun, sampai saat ini reformasi masih berupa formalitas belaka. Reformasi kehilangan arah dan belum dapat terealisir karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan dengan harapan akan berumur panjang. 19 Peran HMI pun banyakdipertanyakan oleh orang. Apakah HMI mampu bertahan ditengah ombak dan badai setelah selama ini tetap bertahan?.Jika HMI tidak cepat berbenah, maka dapat diprediksi HMI akan bubar di MILAD nya yang ke 114 Surah dalam Al-Quran. Terhitung sekitar 30 tahun lagi. Mengapa demikian? Karena masa depan yang akan kita Songsong kedepannya akan lebih pelik. Seperti kemajuan teknologi yang tak terbendung.. Otak kita masih otak purba, institusi kita masih institusi Romawi kuni, akan tetapi teknologi kita sudah mendekati Tuhan yang bisa memfasilitasi kebutuhan dan aktivitas manusia Secara otomatis dan Revolusi Nano, Revolusi DNA, Artificial Inteligence AI, Upload nya dan seterusnya. Dikatakan juga bahwa dimasa depan manusia akan menyatu dengan teknologi dengan cara menggabungkan otak manusia dengan komputer, manusia bisa memanage kematiannya dengan cara upload nyawa, manusia dapat bertukar kesadaran dengan manusia lain nya dll. Sehingga nya seperti yang diprediksikan bahwa agama dimasa depan adalah prediksi Lembaga riset asal Amerika Serikat AS yaitu "pew riset center" PRC misalnya. Ia memprediksi jumlah populasi islam akan di imbangi oleh kristen pada 2050 untuk pertama kali nya dalam sejarah. 20 juga memprediksi kan agama akan punah sekitar 100-200 tahun lagi. Atau Yuval Noah Harari memprediksi kan agama akan punah sekitar tahun 2300/2400. Tentunya kader-kader HMI hari ini mesti peka terhadap keadaan dunia yang sedang berlangsung agar terus dapat mempertahankan, menegakkan dan menyiarkan ajaran Islam. Apalagi ditengah porak-poranda disrupsi teknologi yang membuat kita tidak lebih dari sekedar statistik, matematis, dan dipaksa mengikuti algoritma teknologi. Tentunya kita mesti melakukan manuver terhadap berbagai problem dan dilema yang ada, apalagi upaya memesinkan manusia secara total melalui teknologi. Sebab sejatinya kita adalah katalisator dan problem solverUntuk itu, mari tumbuhkan kesadaran dalam internal dan eksternal supaya HMI dapat terus menjaga ghirah keislaman dan keindonesiaan sebagai substansi perjuangan nya. Dengan tantangan yang baru, Manusia-manusia baru Regnerasi HMI, Menuju Arah Baru HMI. Sekian terimakasih, Semoga semua Makhluk berbahagia !.Referensi Brown, Lesley. ed. The New Shorter Oxford English Dictionary 1993 hal. . Diakses tanggal 09 Februari for Critical Thinking. 1998. Critical Thinking Workshop Handbook. Santa Rosa, CA Abdy. 2016. Model Pembelajaran Saskrim-5 is. Kupang Desna Live John. 1909. How We Think. D,C. Health and Co. 5H. D. Young 1992. University Physics 8e. Addison-Wesley. ISBN 35. 6 Diakses pada 09 Februari 2021. 7 Di akses pada 04 februari 2022. 8Panji Masyarakat, 9Tarigan, Azhari Akmal ; NDP HMI Teks, Interpretasi dan kontekstualisasi; Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Cetakan pertama 2018. Hal 101-129. 10Tan, Oliver ; Power of Numbers. Penerbit AW Publishing, Edisi per dan Indonesia Januari 2011. Hal Agussalim Sejarah perjuangan HMI 1947-1975. Jakarta ; Misaka Galiza hal Latihan Kader I LK-I Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Periode 2016. 15 17Sitompul, Agussalim. Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; RefleksiPemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997. Jakarta Logos. 2002. 16Tanja, Viktor. HMI; Sejarah dan Kedudukannya Di tengah Gerakan PembaharuIndonesia. Jakarta Sinar Harapan. 1982. 18Yusuf, Ramli. 50 Tahun HMI Mengabdi Republik. Jakarta LASPI. 1997. 19 di akses pada 04 februari 2022. 20
HimpunanMahasiswa Islam (HMI), dikenal sebagai organisasi mahasiswa tertua yang sampai saat ini masih eksis. Dalam perjalanan perjuangannya selama 68 tahun ini, HMI tentu meninggalkan jejak rekam yang panjang. Fase-fase perjuangan HMI yang tercatat dalam sejarah, menggambarkan HMI telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan bangsa.
NilaiDasar Perjuangan (NDP) 1. Sejarah Perumusan NDP. Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas
al-Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail. 2012. Sahih Al-Bukhari. Jakarta Pustaka Sunnah, Terjemahan. al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2002. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. Bandung Penerbit Mizan, Terjemahan. Anam. 2013. “Ketegasan Abu Bakar Soal Zakat”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Atmoko, Citro. 2014. “Masalah Ketimpangan Masih Jadi Isu Besar”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta 30 Oktober 2015]. Balitbanginfo [Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi]. 2014. Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri. Jakarta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Barton, Greg. 1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. Jakarta Paramadina dan Pustaka Antara, Terjemahan. Barton, Greg. 2003. Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta Penerbit LKiS, Terjemahan. BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa]. 2012. Kajian Energi, Bagian 1 BBM. Jakarta Pusat Kajian dan Studi Gerakan BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia]. Budiardjo, Miriam. 1992. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Chaldun, Ibn. 1962. Filsafat Islam tentang Sedjarah Pilihan dari Muqaddimah, Karangan Ibn Chaldun dari Tunis 1332-1406. Djakarta Penerbit Tintamas, Terdjemahan. Depag RI [Departemen Agama Republik Indonesia]. 1982/1983. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Departemen Agama Republik Indonesia. Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Faz, Ahmad Thoha. 2007. Titik Ba Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Bandung Penerbit Mizan. Hart, K. 2002. “Jacques Derrida” dalam Peter Beilharz [ed]. Teori-teori Sosial Observasi Kritis terhadap para Filosof Terkemuka. Yogyakarta Pustaka Pelajar, Terjemahan. Hatta, Mohamad. 1979. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan. Jakarta Penerbit Mutiara. Hatta, Mohamad. 2005. Indonesia Merdeka Indonesie Vrij. Yogyakarta Aditya Media dan PUSTEP UGM. Hatta, Mohamad. 2012. Ke Arah Indonesia Merdeka. Jakarta Yayasan Hatta. Koran Sindo [suratkabar]. Jakarta, Indonesia 16 September 2015. Latif, Yudi. 2012. Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Lunandi, 1987. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta Penerbit Gramedia. Madjid, M. Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta Yayasan Wakaf Paramadina. Madjid, M. Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Malik, Kholis. 2002. Konflik Ideologi Kemelut Asas Tunggal di Tubuh HMI. Yogyakarta Insani Press. Mishra, Ramesh. 2000. Globalization and the Welfare State. London McMillan. PB HMI [Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam]. 2013. Hasil-hasil Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke-XVIII. Jakarta Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. Piliang, Yasraf Amir. 2011a. Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi. Jakarta Mizan Publika. Piliang, Yasraf Amir. 2011b. Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung Penerbit Matahari. Rachman, Budhy Munawar. 2011. Ensiklopedi Nurcholish Madjid Jilid 2, H-L. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Robbins, Stephen P. 2001. Psikologi Organisasi. Jakarta Penerbit Prenhallindo, Terjemahan. Saptaningrum, Indriaswati D. 2011. “Sebuah Jerat Bernama Masa Lalu” dalam AZASI Majalah Analisis Dokumentasi dan Hak Azasi Manusia, Edisi Maret – April. Jakarta Penerbit ELSAM [Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat]. Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung Karya Putra Darwati. Schroder, Peter. 2010. Strategi Politik. Jakarta Friedrich-Naumann-Stiftung Fuer die Freiheit, Terjemahan. Sen, Amartya. 2007. Kekerasan dan Ilusi tentang Identitas. Tangerang Marjin Kiri, Terjemahan. Shaleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila. Yogyakarta Kelompok Studi Lingkaran. Shihab, M. Quraish. 2000. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung Penerbit Mizan. Siroj, Said Aqil. 2006. Tasawuf sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Bandung Penerbit Mizan. Sitompul, Agussalim. 1976. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975. Surabaya Penerbit Bina Ilmu. Sitompul, Agussalim. 1995. Historiografi HMI, 1947-1993. Jakarta Penerbit Intermasa. Sitompul, Agussalim. 2001. “Pemikiran HMI Himpunan Mahasiswa Islam tentang Keislaman – Keindonesiaan, 1947-1997”. Disertasi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta Program Pascasarjana IAIN [Institut Agama Islam Negeri] Sunan Kalijaga. Sitompul, Agussalim. 2010. “Refleksi 63 Tahun Perjuangan HMI, Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan HMI Suatu Tinjauan Historis dan Kritis terhadap Fase-fase Perjuangan HMI dalam Menjawab Tantangan Masa Depan”. Makalah dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat Nasional HMI [Himpunan Mahasiswa Islam] Cabang Malang, Jawa Timur, pada hari Senin, tanggal 20 Juni. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta RajaGrafindo Persada. Soekarno. 1965. Di Bawah Bendera Revolusi Djilid Kedua. Djakarta Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi. Susanti, Inda et al. 2015. “Jumlah Rakyat Miskin Melonjak”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Susanto, Eko Harry. 2014. “Media, Baru, Kebebasan Informasi, dan Demokrasi di Kalangan Generasi Muda”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta Penerbit Sinar Harapan. Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta Bumi Aksara. WHSA [White House Signal Agency]. 1961. “Inaugural Address, 20 Januari 1961”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. [diakses di Jakarta, Indonesia 10 Oktober 2014].
Menjelaskansejarah himpunan mahasiswa islam · Dapat Menjelaskan pengertian sejarah · Dapat Menjelaskan manfaat mempelajari sejarah · Dapat Menjelaskan sejarah berdirinya HMI · Dapat Menjelaskan latar belakang berdirinya HMI · Dapat Menjelaskan fase-fase perjuangan HMI Sejarah himpunan mahasiswa islam (HMI) Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
DinamikaSejarah Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Fase-Fase Perjuangan HMI) 6. Kontribusi HMI bagi Bangsa dan Agama. 1. NKRI. 2. Pancasila. 3. Orde Lama. 4. Orde Baru. 5. Reformasi. Materi IV. Pengantar Filsafat ( 2 Jam) 1. Ontologi. 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Sejarah Perjuangan HMI Sejarah“Pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan difikirkan oleh manusia pada masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan masa yang akan datang”. Perjuangan “suatu kesungguhan disertai usaha yang teratur tertib dan berencana untuk mengubah kondisi buruk menjadi baik”. HMI adalah kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam. B. Tujuan Mempelajari sejarah Perjuangan HMI Untuk meninjau dan meneliti secara sistematis dengan penuh kritis masa yang lalu agar dapat dijadikan cerminan dan pedoman masa kini sehingga dapat ditetapkan arah perjuangan masa mendatang. C. Organisasi sebagai alat berjuang dan tempat beramal QS. Ali Imron104 Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemunkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada. BAB II TINJAUAN HISTORIK A. Lafan Pane dan hubungannya dengan HMI Lafran pane adalah tokoh pendiri utama HMI sehingga HMI tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Lafran Pane. B. Latar Belakang munculnya Pemikiran Berdirinya HMI Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. Adapun dampak penjajahan adalah sbb Aspek Politik seluruh rakyat RI menjadi objek jajahan dan kehilangan kedaulatannya. Aspek pemerintahan dengan diciptakannya Gubernur jenderal sebagai perwakilan pemerintah belanda dan Jayakarta – Batavia menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah pemerintahan hindia belanda. Aspek Hukum pelaksanaan hukum bertentangan dengan kondisi sosiologis orang-orang Islam diperlakukan diskriminatif dan Belanda selalu diuntungkan Aspek pendidikan kebijakan pemerintah belanda menempatkan Islam sebagai saingan. Aspek Ekonomi dengan pembentukan VOC 1902 merupakan momentum penguasaan ekonomi Indonesia oleh Belanda dan Gubernur Van Den Bosh memakai Pola Tanam Paksa cultuurstelsel untuk komoditi ekspor. Aspek kebudayaan munculnya aliran budaya secara bebas dan bersaing. Aspek keagamaan Belanda membawa misi agama nasrani Berkembangnya faham dan ajaran komunis Berawal dari ISDV Indische Social Democratische Vereeniging 1914 yang berhasil mendekati SI sehingga SI terpecah belah. Pada tgl 23 Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi PKI dengan Semaun dan Darsono sebagai Presiden dan Wapres. Faham komunis dikembangkan melalui PMY dan SMY yang berhaluan komunis. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis, dilihat dari sudut Secara akademik Perguruan Tinggi akan mencetak para sarjana, intelektual dan calon pemimpim bangsa, calon dosen, guru, praktisi dll. Dari segi kelembagaan Perguruan Tinggi merupakan pusat kebudayaan, pembaharuan dan kemajuan Dari segi kegiatan intra dan ekstra kemahasiswaan menjadi ajang pembentukan kader di kalangan mahasiswa. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam PMY dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal februari 1947 dengan berdirinya HMI. Kemajemukan Bangsa indonesia Kemajemukan Indonesia dalam segala aspek-suku, agama, ras, golongan serta dalam aspek agama, budaya, politik dan tingkat pengetahuan yang juga dimiliki umat Islam Munculnya Polarisasi Politik Sebelum HMI berdiri tahun 1947, suasana politik RI mengalami polarisasi politik antara pihak pemerintah dipelopori partai sosialis dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi, PNI dan Persatuan Perjuangan Tan Malaka. Pihak pemerintah menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi sedang pihak oposisi menekankan pada perjungan bersenjata. Polarisasi politik ini berpengaruh membawa masyarakat mahasiswa. Tuntutan Modernisasi dan tantangan Masa Depan Timbulnya gerakan pembaharuan baik di dunia Islam dan di Indonesia, karena tuntutan kepada pembaharuan sebagai kebutuhan untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul, disebabkan adanya kemunduran dan keterbelakangan, maupun menghadapi perkembangan baru sebagai akibat dari kemajuan IPTEK. Pembaharuan dalam arti modernisasi merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dielakkan, karena modernisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. BAB III BERDIRINYA HMI A. Deklarasi Berdirinya HMI, arti dan makna 5 Februari 1947 HMI berdiri/dideklarasikan pada hari rabu tanggal 14 Rabiul awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI dengan tokoh utama pendirinya adalah Lafran Pane mahasiswa STI tingkat I bersama mahsiswa STI lainnya. B. Di sekitar kelahiran HMI Tujuan HMI ketika pertama berdiri Mempertahankan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam Tujuan HMI saat ini Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT. Karakteristik HMI karakteristik sesuatu yang sejak awal berdirinya sudah melekat Berasaskan Islam ,dan bersumber pada Al Qur’an serta As Sunah Berwawasan keindonesiaan dan kebangsaan Bertujuan, terbinanya lima kualitas insan cita Bersifat independen Berstatus sebagai organisasi mahasiswa Berfungsi sebagai organisasi kader Berperan sebagai organisasi perjuangan. Bertugas sebagai sumber insansi pembangunan bangsa. Berkedudukan sebagai organisasi modernis. C. Tokoh-tokoh Pemula HMI Pemrakarsa/pendiri HMI adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisssaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Badron Hadi. D. Faktor Penghambat Dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY Dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia GPII Dari Pelajar Islam Indonesia PII BAB IV FASE-FASE PERJUANGAN HMI DAN RELEVANSINYA DENGAN PERJUANGAN BANGSA Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses berdirinya HMI November 1946-4 Februari 1947 Fase Berdiri dan Pengokohan 5 Feb 1947 – 30 Nov 1947 Dalam rangka mengokohkan eksistensi HMI Maka diadakan berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi, malam-malam bidang organisasi didirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo dan Yogyakarta. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan I PKI 1947-1949 Untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirto Sudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan komandan Hartono Wakil Komandan Ahmad Tirto Sudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah PKI menaruh dendam pada HMI. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi 1950-1963 Sejak tahun 1950 dilaksanakan konsolidasi organisasi sebagai masalah besar dan pada bulan juli 1950 PB HMI dipindahkan dari Yogya ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun yaitu pembentukan cabang-cabang baru, menerbitkan majalah media, 7 kali kongres, pengesahan atribut HMI sebagai lambang, bendera, muts, Hymne HMI, merumuskan tafsir azas HMI, pembentukan Badko, menetapkan metode training HMI, pembentukan lembaga -lambaga HMI. Dibidang ekstern pendayagunaan PPMI, Menghadapi Pemilu I 1955, Penegasan independensi HMI, mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan Timggi dll. Fase Tantangan Setelah Masyumi dan GPII berhasil dipaksa bubar, maka PKI menganggap HMI sebagai kekuatan ketiga umat islam. Maka digariskan Plan 4 tahun PKI untuk membubarkan HMI, dimana menurut plan atau rencana itu HMI harus bubar sebelum Gestapu/PKI meletus. Dendam kesumat PKI terhadap HMI, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan Tujuan dan target pembubaran HMI adalah untuk memotong kader-kader umat islam yang akan dibina oleh HMI. Untuk membubarkan HMI dibentuklah panitia aksi pembubaran HMI di Jakarta GMNI, IPPI, GERMINDO, GMD, MMI, CGMI dll. Menjawab tantangan tersebut, Generasi Muda Islam yang terbentuk tahun 1964 membentuk panitia solidaritass pembelaan HMI. Dalih Pengganyangan terhadap HMI berupa fitnah dan hasutan sejak dari yang terbaik sampai yang terkeji, HMI dikatakan anti Pancasila, anti UUD 1945, anti PBR Soekarno dan lain-lain. Dukungan dan pembelaan terhadap HMI walaupun HMI dituntut dibubarkan oleh PKI,CGMI dan segenap kekuatan dan simpatisannya, namun para pejabat sipil maupun militer para pimpinan organisasi dan mahasiswa serta tokoh islam turut membela dan mempertahankan hak hidup kebijaksanaan Panglima Besar Kotrar Presiden Soekarno dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI dinyatakan jalan terus. Strategi HMI Menghadapi PKI menggunakan PKI Pengamanan, Konsolidasi, Integrasi Anti klimaks Gestapu meletus, ketajaman politik HMI telah mencium bahwa pemberontakan tersebut dilakukan PKI. PB HMI menghadap Pangdam V Jaya Mayor Jendja Umar Wira Hadi Kusumah dan menyatakan Pemberontakan itu dilakukan oleh PKI, HMI menuntut supaya PKI dibubarkan, Karena pemberontakaitu menyangkut masalah politik ,maka harus diselesaikan secara politik, HMI akan memberikan bantuan apa saja yang diperlukan pemerintah untuk menumpas pemberontakan Gestapu PKI. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan ’66 1966-1968 Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pemberontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI betul-betul terjadi. Wakil ketua PB HMI Mar’ie Muhammad tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Tritura 10 Januari 1966 Bubarkan PKI, retool kabinet, turunkan harga. Kemudian Dikeluaarkan Surat Perintah Sebelas Maret pada tanggal 12 Maret PKI dibubarkan dan dilarang. Kabinet Ampera teerbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan HMI diajak hearing dalam pembentukan kabinet. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969-sekarang Setelah Orde baru mantap dimulailah rencana pambangunan lima tahun oleh pemerintah. HMI sesuai dengan lima aspek telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan 10 Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 20 partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, 30 partisipasi dalam bentuk langsung pembangunan. Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran 1970-1994 Pada tahun 1970 Nurcholis Majid menyampaikan ide pembaharuan dengan topik Keharusan Pembaharuan pemikiran dalam islam dan masalah integrasi umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal ini tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara islam, islam kaffah, sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. Fase Reformasi 1995-sekarang Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindaka-tindakan inkonstitusional dan pertama disampaikan Yahya Zaini Ketum PB HMI ketika menyampaikan sambutan pada pembukaan Kongres XX HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Kemudian pada peringatan HUT RI ke-50 Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukan wilayah yang haram. Pemikiran berikutnya disampaikan Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998 dengan judul urgensi “reformasi bagi pembangunan bangsa yang bermarbat”. BAB V MASA DEPAN HMI, TANTANGAN DAN PELUANG Kritikan terhadap HMI datang dari dalam maupun dari luar HMI. Kritikan itu sangat positif karena dengan kritikan HMI akan mengetahui kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya sehingga dapat diperbaiki untuk masa yang akan terhadap HMI berupa Independensi HMI, Kerja sama dengan militer, Sikap HMI terhadap Komunis,Tuntutan negara islam, adaptasi nasional, Dukungan terhadap rehabilitasi Masyumi,Penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya azas, Adaptasi rasional dan lain-lain. Melalui Kritikan itu Banyak pihak menilai kredibilitas HMI mengalami kemunduran. Untuk memulihkan kredibilitas tersebut, M Yahya Muhaimin Pada kongres XX mengemukakan konsep Revitalisasi, Reaktualisasi, Refungsionalisai, Restrukturisasi. Anas Urbaningrum memberi terapi dengan Politik etis HMI, Peningkatan visi HMI,Intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi. Untuk mencapai tujuan HMI pelu dipersiapkan suatu kondisi sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia sangat kompleks tetapi justru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita nya sehingga menjadi kenyataan. BAB VI PENUTUP Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak cukup dengan mengikuti Training formal. Tetapi mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan di manapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secara utuh dan benar. source
FasePerjuangan HMI A. Fase Perjuangan Fisik (1948). Pada fase ini HMI terlibat dalam perjuangan secara fisik, yaitu menghadapi negara luar yang ingin merebut indonesia , yang telah di proklamirkan pada 17 Agustus 1945
YakusaBlog- Dalam perjalanan perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam HMI, sepanjang sejarahnya, dari sejak berdirinya 1947 hingga kini, HMI telah mengalami dan melewati sebelas fase, antara lain Fase I Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI 1946 Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi obyektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit dan menunjukkan apa sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan. Fase II Berdirinya dan Pengokohan 5 Februari – 30 November 1947 Selama lebih kurang sembilan bulan, reaksi-reaksi terhadap HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan silih berganti, yang semuanya itu untuk mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegar dan kokoh. Maka diadakanlah berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah dan rekreasi malam-malam kesenian. Di bidang organisasi, HMI mulai mendirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo, dan Yogyakarta. Pengurus HMI bentukan 5 Februari 1947 otomatis menjadi PB HMI pertama dan merangkap menjadi Pengurus HMI Cabang Yogyakarta I. Ada kesan bahwa keanggotaan HMI hanya untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI. Untuk menghilangkan anggapan yang keliru itu, tanggal 22 Agustus 1947, PB HMI diresuffle. Ketua Lafran Pane digantikan oleh Mintaredja dari Fakultas Hukum BPT GM, sedankan Lafran Pane menjadi Wakil Ketua merangkap Ketua HMI Cabang Yogyakarta. Sejak itu mahasiswa BPT GM, STT mulai masuk dan berbondong-bondong menjadi anggota HMI. Di Yogyakarta tanggal 30 November 1947 diadakan Kongres I HMI. Fase III Perjuangan Bersenjata, Perang Kemerdekaan, Menghadapi Penghianatan dan Pemberontakan PKI 1947-1949 Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun ke gelanggang medan pertempuran melawan Belanda, membantu pemerintah baik langsung maupun memegang senjata bedil dan bambu runcing sebagai staf penerangan, penghubung dan lain-lain. Untuk menghadapi pemberontakan Madiun 18 September 1948, Ketua PMI/Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan Komandan Hartono, Wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia PKI di Madiun dengan menggerakkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam PKI terhadap HMI tertanam dan terus berlanjut sampai puncaknya pada tahun 1964-1965 yaitu gerakan pengganyangan terhadap HMI menjelang meletusnya Gestapu/PKI 1965. Pada fase ini berlangsung peringatan ulang tahun pertama HMI di Bangsal Kepatihan tanggal 6 Februari 1948. Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman memberi sambutan pada peringatan tersebut atas nama pemerintah Republik Indonesia. Jenderal Sudirman selain mengartikan HMI sebagai Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga diartikannya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, HMI juga diartikan sebagai Harapan Masyarakat Islam Indonesia. Pada fase ini juga berlangsung Kongres Muslim Indonesia II di Yogyakarta tanggal 20 sampai dengan 25 Desember 1949. Kongres itu dihadiri oleh 185 organisasi, alim ulama dan intelegensia seluruh Indonesia. Di antara tujuh dari keputusannya dibidang organisasi salah satu keputusannya adalah memutuskan bahwa Hanya satu organisasi mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang bercabang di tiap-tiap kota yang ada sekolah tinggi. Fase IV Pembinaan dan Pengembangan Organisasi 1950-1963 Selama anggota HMI banyak yang terjun ke gelanggang medan pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah, selama itu pula pembinaan organisasi HMI terabaikan. Namun hal itu dilaksanakan dengan sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan HMI sendiri, serta dwitugasnya yakni tugas agamanya dan tugas bangsanya. Maka dengan adanya pengakuan kedaulatan rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berminat melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950, dilaksanakan usaha-usaha konsolidasi organisasi sebagai masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama tiga belas tahun itu antara lain Pembentukan cabang-cabang baru, Menerbitkan majalah sejak 1 Agustus 1954 Sebelumnya terbit Criterium, Cerdas dan tahun 1959 menerbitkan majalah Media, Sudah tujuh kali Kongres HMI, Pengesahan atribut HMI seperti lambang, bendera, muts, hymne HMI, Merumuskan tafsir asas HMI, Pengesahan kepribadian HMI, Pembentukan Badan Koordinasi BADKO HMI, Menentukan metode pelatihan Training HMI., Pembentukan lembaga-lembaga HMI di bidang ekstern, Pendayagunakan PPMI., Menghadapi Pemilihan Umum Pemilu I tahun 1955, Penegasan Independensi HMI, Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU PT, tuntutan agar pendidikan agama sejak dari Sekolah Rakyat SR sampai Perguruan Tinggi, Mengeluarkan konsep “peranan agama dalam pembangunan, dan lain-lainya. Selain masa internal, muncul pula persoalan eksternal yang sangat menonjol. Justru karena keberhasilan HMI melaksanakan konsolidasi organisasi ada golongan yang iri dan tidak senang kepada HMI yaitu Partai Komunis Indonesia PKI. Tidak dibubarkan dan dilarangnya PKI akibatnya pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, PKI otomatis mempunyai kesempatan untuk bangkit kembali. Tanggal 21 Februari tahun 1957, Presiden Soekarno mengumumkan konsepsinya supaya kabinet berkaki empat dengan unsur PNI, Masyumi, NU dan PKI sebagai 4 besar pemenang pemilu 1955. Berikutnya di Moscow tanggal 19 November 1957 dicetuskanlah Manfesto Moscow, yaitu satu program untuk mengkomunikasikan Indonesia. Akibat itu semua, PKI tampil sebagai partai pemerintah. Masyumi, akibat penentangan terhadap kebijakan politik Presiden Soekarno, dengan Manipol Usdeknya, dengan Keputusan Presiden nomor 200 tanggal 17 Agustus tahun 1960 Masyumi dipaksa bubar. Untuk menghadapi perkembangan politik, Kongres V HMI di Medan tanggal 24-31 Desember 1957 mengeluarkan dua sikap antara yaitu Haram hukumnya menganut ajaran dan paham komunikasi karena bertentangan Islam, yang kedua, Menuntut supaya Islam sebagai dasar negara. Buku dapat dipesan di Tokopedia. Klik Gambar Fase V Tantangan I 1964-1965 Dendam PKI terhadap HMI yang tertanam karena keikutsertaan HMI dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus bubar, karena dianggap sebagai penghalang bagi tercapainya tujuan PKI. Untuk itulah dilaksanakanlah berbagai usaha untuk membubarkan HMI. Sesuai hasil Kongres II Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI, organisasi underbow PKI di Salatiga, Juni 1961, untuk melekuidisi HMI. PKI, CGMI dan organisasi lainnya yang seideologi mulai melakukan gerakan pembubaran HMI disokong seluruh simpatisan dari tiga partai besar yaitu Partai Komunis Indonesia PKI, Partai Indonesia PARTINDO dan Partai Nasional Indonesia PNI dan juga seluruh underbow ketiga partai tersebut yang semuanya berjumlah 42 partai. Untuk membubarkan HMI sekitar bulan Maret 1965, dibentuk Panitia Aksi Pembubaran HMI di Jakarta yang terdiri dari CGMI, GMNI, GRMINDO, GMD, MMI, Pemuda Marhaenis, Pemuda Rakyat, Pemuda Indonesia, PPI, dan APPI. Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam GEMUIS yang terbentuk tahun1964 membentuk Panitia Solidaritas Pembebelaan HMI, yang terdiri dari unsur-unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh Indonesia. Bagi umat Islam, HMI merupakan taruhan terakhir yang harus dipertahankan setelah sebelumnya Masyumi dibubarkan. Kalau HMI sampai dibubarkan, maka satu-persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu pembubaran. Namun gerakan pembubaran HMI ini gagal justeru dipuncak usaha-usaha pembubarannya. Dalam acara penutupan Kongres CGMI tanggal 29 September 1965 di Istora Senayan. Meski PKI terus melakukan provokasi kepada Presiden Soekarno, seperti diungkapkan DN. Aidit, “Kalau anggota CGMI tidak bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih pakai kain sarung saja... kalau semua front garis depan-peny sudah minta, Presiden akan membubarkan HMI”. Namun ternyata HMI tidak dibubarkan, bahkan dengan tegas Presiden Soekarno mengungkapkan dalam pidatonya “Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu menjadi kontra revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan kububarkan”. Karena gagal usaha untuk membubarkan HMI, maka PKI sudah siap bermain kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka meletuslah Pemberontakan G 30 S/PKI 1965. Fase VI Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angkatan ’66 1966-1968 Pada fase ini HMI mengalami dan melewati tantangannya, yaitu; tanggal 1 Oktober adalah tugu pemisah antara Orde Lama dan Orde Baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI gagal membubarkan PKI, maka HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI dan itu benar-benar terjadi. Wakil Ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, pada tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI, sebagaimana yang dilakukan oleh Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM untuk menghadapi pemberontakan PKI di Madiun. Tritura 10 Januari 1966 “Bubarkan PKI, Reatol Kabinet dan Turunkan Harga”. Surat Perintah Sebekas Maret 1966. Dibubarkan dan dilarangnya PKI tanggal 12 Maret 1966. Kabinet Ampera terbentuk, HMI diajak hearing pembentukan kabinet, dan alumni HMI masuk dalam kabinet. Fase VII Partisipasi HMI Dalam Pembangunan 1969-1970 Setelah Orde Baru mantap dan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 sudah dilaksankan secara murni dan konsekuen, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah rencana pembangunan lima tahun Repelita-peny dan sudah menyelesaikan pembangunan 25 tahun pertama, kemudian menyusul pembangunan 25 tahun kedua. Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sebaliknya merupakan pembangunan raksasa yang sangat sulit-peny sebagai usaha kemanusiaan yang tidak habis-habisnya. Partisipasi segenap warga negara sangat dibutuhkan. HMI pun sesuai dengan lima aspek pemikirannya, telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan a. Partisipasi dalam pembentukan suasan, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, b. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep di berbagai aspek pemikiran; pertisipasi dalam bentuk langsung dari pembangunan. FaseVIII Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran 1970-1998 Selama kurun waktu Orde Lama 1959-1965 kebebasan mengeluarkan pendapat baik yang bersifat akademis terlebih-lebih politik terkekang dengan ketat. Suasana itu berubah tatkala Orde Baru muncul, walaupun kebebasan hakiki belum diperoleh sebagaimana mestinya. Sama halnya dipenghujung pemerintahan Soeharto dianggap sebagai suatu perbedaan yang tidak pada tempatnya tidak ada keadilan-peny. Namun walaupun demikian, kebebasan datang, kondisi terbatas dapat dimanfaatkan, baik yang berkaitan dengan agama, akademik, dan politik. Kejumudan dan suasana tertekan pada masa Orde Lama mulai cair terutama dalam pembaharuan pemikiran Islam yang dipandang sebagai suatu keharusan, sebagai jawaban terhadap berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan kontemporer. Hal seperti itu muncul dikalangan HMI dan mencapai puncaknya pada tahun 1970. Tatkala Nurcholis Madjid dikenal panggilan Cak Nur-peny menyampaikan ide pembaharuannya dengan topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam Dan Masalah Integrasi Umat. Sikap itu diambil, karena apabila kondisi ini dibiarkan mengakibatkan persoalan-persoalan umat yang terbelenggu selama ini, tidak akan memperoleh jawaban yang efektif. Sebagai konsekuensinya muncul pergolakan pemikiran dalam tubuh HMI yang dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal itu tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara Islam, Islam Kaffah, sampai kepada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 yang mengharuskan bahwa semua partai dan organisasi harus berdasarkan Pancasila. Kongres ke-16 HMI di Padang tahun 1986, HMI menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam dengan Pancasila. Akibat penyesuaian ini beberapa orang anggota HMI membentuk MPO Majelis Penyelamat Organisasi-peny, akibatnya HMI pecah menjadi dua yaitu HMI DIPO karena sekretriatnya di jln. Diponegoro dan sekarang sudah di Jl. Sultan Agung-peny dan HMI MPO. Fase IX Reformasi 1998-2000 Apabila dicermati dengan seksama secara secara historis HMI sudah mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan beberapa pandangan yang berbeda serta kritik maupun evaluasi secara langsung terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada tahun 1995. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontasi terhadap Pemerintah. HMI melakukan dan menyampaikan kritik secara langsung yang bersifat konstruktif. Koreksi dan kritik yang dimaksud, pertama, disampaikan M. Yahya Zaini Ketua Umum PB HMI Periode 1992-1995 ketika memberikan kata sambutan pada pembukaan Kongres HMI ke-20 HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Koreksi itu antara lain, bahwa menurut penilaian HMI, pembangunan ekonomi kurang diikuti dengan pembanguna politik. Masih dirasakan tingkat perubahan pada sistem politik tidak sebanding dengan perubahan ekonomi. Dalam pembangunan politik istitusi-isntitusi politik atau badan-badan demokrasi belum maksimal memainkan fungsi perannya. Akibatnya aspirasi masyarakat masih sering tersumbat terhalang atau tidak sampai-peny. Kondisi inilah yang menuntut kita, pemerintah dan masyarakat untuk terus menggelindingkan mewujudkan-peny proses demokrasi dengan bingkai Pancasila tetapi ini harus diikuti dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam suasana demikian, proses saling kontrol akan terbangun. Selain itu HMI melihat masih banyak distorsi dalam proses pembangunan. Gejala penyalah gunaan kekuasaan, kesewenang-wenangan, praktek kolusi, korupsi dan nepotisme KKN-peny adalah cerminan tidak berfungsi sistem nilai yang menjadi kontrol dan landasan etika dan bekerjanya suatu sistem. Suatu reformasi berikutnya dengan fokus yang lebih tajam, lugas dihadapan Presiden Soeharto tatkala menghadiri dan memberikan sambutan pada peringatan Ulang Tahun Emas 50 tahun HMI di Jakarta tanggal 20 Maret 1997 satu tahun sebelum reformasi, dimana Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI 1995-1997 menegaskan; sekaligus jawaban atas kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI, kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram, politik justeru mulia, apabila dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang sungguh-sungguh dalam meperjuangkan kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang korup dan menyeleweng. Inilah dibuktikan ketika HMI terlibat aktif dalam merintis dan menegakkan Orde Baru. Demikian juga pada saat sekarang ini dan masa-masa yang mendatang. Kritik-kritik ini tidak boleh mengurangi rasa percaya diri HMI untuk tetap melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua Umum PB HMI 1997-1998 Anas Urbaningrum pada waktu peringatan Ulang Tahun HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998, dengan judul Urgensi Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat. Pidato itu disampaikan 3 bulan sebelum lengsernya Presiden Soeharto 21 Mei 1998. Suara dan tuntutan reformasi telah dikumandangkan pula dalam berbagai aspek, yang disamapaikan Anas Urbaningrum pada peringatan ulang tahun ke-52 di Auditorium Sapta Pesona Departemen Parawisata Seni dan Budaya Jakarta 5 Februari 1999, dengan judul Dari HMI Untuk Kebersamaan Bangsa Menuju Indonesia Baru. Tuntutan reformasi juga disampaikan Ketua Umum PB HMI M. Fahruddin pada peringatan Ulangtahun HMI ke-53 di Taman Ismail Marzuki Jakarta, 5 Februari 2000 dengan judul “Merajut Kekuasaan Oposisi Membangun Demokrasi, Membangun Peradaban Baru Indonesia.” Fase X Tantangan II 2000-sekarang Fase tantangan kedua ini muncul justru setelah Orde Reformasi berjalan dua tahun. Semestinya berdasarkan landasan-landasan atau sikap-sikap yang telah diambil PB HMI memasuki era reformasi semestinya HMI mengalami perkembangan yang signifikan menjawab berbagai tantangan sesuai dengan perannya sebagai organisasi perjuangan yang harus tampil sebagai pengambil inisiatif dalam memajukan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi justru sebaliknya HMI secara umum mengalami kemunduran, yang secara intensif disinyalir Agussalim Sitompul dalam bukunya 44 Indikator Kemunduruan HMI. Jika pada fase tantangan I 1964-1965 HMI dihadapkan pada tantangan eksternal yaitu menghadapi PKI, pada fase tantangan II ini HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar secara internal dan eksternal sekaligus. Pertama, tantangan internal. Kajian tentang HMI saat ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI ditantang a. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunnya jumlah mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI diberbagai perguruan tinggi, institut, fakultas, akademi, program studi, sebagai basis HMI. b. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul yang dihadapi bangsa Indonesia. c. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai avent grade, kader pelopor bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang sangat dibutuhkan masyarakat. d. Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain, yang dapat dapat tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia. Sebagai jawabannya, menurut perpecahan yang bersifat teoritis dan praktis, akan tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, inklusif. Sebab pendekatan yang tidak konseptual, parsial dan ekslusif tidak akan melahirkan jawaban yang efektif. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran dari anggota aktifitas kader, dan pengurus HMI di seluruh jenjang organisasi. Kedua, tantangan eksternal. Berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak skala besar dan rumitnya dari tantangan internal, antara lain a. Tantangan menghadapi perubahan jaman yang jauh berbeda dari abad ke-20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini. b. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam jaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa. c. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena regenerasi atau pergantian pejabat-pejabat, suka tidak suka, mau tidak mau, pasti terus berlangsung. d. Tantangan menghadapi bahaya abadi komunis. e. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari umat Islam dan bangsa Indonesia. f. Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah. g. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa henti. h. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompetitif. i. Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk dan coraknya. j. Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisinya belum bersatu. k. Kondisi dan keadaan Perguruan Tinggi serta dunia kemahasiswaan, kepemudaan, yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks. l. Tantangan HMI menuju Masyarakat Ekonomi Asean peny. m. Tantangan menghadapi politik Indonesia yang tidak kondusif dan tidak membangun karakter kebangsaan Indonesia. Pada fase tantangan II ini, nampaknya HMI semakin memudar dan mundur yang telah berlangsung 25 tahun sejenak, dari tahun 1980-2005. HMI tidak mampu bangkit secara signifikan, bahkan dalam dua periode terakhir PB HMI mengalami perpecahan. Karena itu, menghadapi tantangan tersebut, HMI dengan segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan penuh semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu menghadapi tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi sejak dari PB HMI, Pengurus Badko HMI, Cabang HMI, Korkom HMI, Komisariat, Lembaga-Lembaga Kekaryaan, serta segenap anggota HMI, maupun alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai penerus, pelanjut serta penyempurna mission sacre HMI. Peralihan jaman, peralihan generasi, saat ini menentukan bagi eksistensi HMI di masa mendatang. Fase XI Kebangkitan Kembali Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya telah menghasilkan dua umpan balik. Pertama, telah muncul kesadaran individual dan kesadaran kolektif bersama-peny di kalangan anggota, aktivis, kader, bahkan alumni HMI serta pengurs dimulai dari Komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang mengalami kemunduran. Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul kesadaran baru, baik secara individual dan kesadaran bersama dikalangan anggota, aktivis, kader, alumni dan pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan dan pembaharuan supaya dapat bangkit kembali seperti masa jaya-jaya dulu. Sampai sejauh mana kebenaran dan bukti adanya indikator-indikator kebangkitan kembali HMI, sejarahlah yang akan menentukan kelak. Kita semua berharap dengan penuh optimis sesuai dengan ajaran Islam supaya manusia bersikap optimis, agar HMI dapat mengakhiri masa kemundurannya dan memasuki masa kebangkitannya secara meyakinkan. Di tangan generasi sekaranglah sebagai generasi penerus, pelanjut, dan penyempurna perjuangan organisasi mahasiswa Indonesia tertua ini HMI. Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal, Bahagia HMI, Jayalah Kohati, Yakin Usaha Sampai.[] net/Ilustrasi SumberSuaradari Dua Kota: Revolusi Kritis terhadap Fase-fase Perjuangan HMI dalam Indonesia dalam Pandangan Suratkabar Merdeka di Menjawab Tantangan Masa Depan". Makalah Jakarta dan Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta, 1945- dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat 1947. Jakarta: PN Balai Pustaka. Nasional HMI [Himpunan Mahasiswa Islam] Suwirta
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam HMI diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI Sekolah Tinggi Islam, kini UII Universitas Islam Indonesia yang masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Beliau adalah anak seorang Sutan Pangurabaan Pane –tokoh pergerakan nasional “serba komplit” dari Sipirok, Tapanuli Selatan. Lafaran Pane adalah sosok yang tidak mengenal lelah dalam proses pencarian jati dirinya, dan secara kritis mencari kebenaran sejati. Lafran Pane kecil, remaja dan menjelang dewasa yang nakal, pemberontak, dan “bukan anak sekolah yang rajin” adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari Independensinya. Sebagai figur pencarai sejati, independensi Lafran terasah, terbentuk, dan sekaligus teruji, di lembaga-lembaga pendidikan yang tidak Ia lalui dengan “Normal” dan “lurus” itu Walau Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim terpelajar pernah juga menganyam pendidikan di Pesantren Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah ; pada hidup berpetualang di sepanjang jalanan kota Medan, terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak menentu; pada kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan yang Ia jalani dengan menjual karcis bioskop, menjual es lilin, dll. Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur fundamental independensi diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan Dia untuk terus secara kritis mencari kebenaran sejati dengan tanpa lelah, dimana saja, kepada saja, dan kapan saja. Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat” Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan Aspek Politik Indonesia menjadi objek jajahan Belanda Aspek Pemerintahan Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda Aspek Hukum Hukum berlaku diskriminatif Aspek pendidikan Proses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda. Aspek ekonomi Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah Aspek kebudayaan masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan dengan kepribadian Bangsa Indonesia Aspek Hubungan keagamaan Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia, dan Umat Islam mengalami kemunduran Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran islam. Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan Munculnya polarisasi politik. Berkembangnya fajam dan Ajaran komunis Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis Kemajemukan Bangsa Indonesia Tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan HMI Kongres SoloHMI Perjuangan FisikKongres HMILafran-panePembukaan Kongres HMIPeran HMIDokumentasi HMI 60anDokumentasi HMI 60an Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947 Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan sekarang Panembahan Senopati, masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan” Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lannya, tanpa campur tangan pihak luar. Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain Lafran Pane Yogya Karnoto Zarkasyi Ambarawa, Dahlan Husein Palembang, Siti Zainah istri Dahlan Husein-Palembang Maisaroh Hilal Cucu Soewali Jember, Yusdi Ghozali Juga pendiri PII-Semarang, Mansyur, Anwar Malang, Hasan Basri Surakarta, Marwan Bengkulu, Zulkarnaen Bengkulu, Tayeb Razak Jakarta, Toha Mashudi Malang, Bidron Hadi Yogyakarta. FASE-FASE PERKEMBANGAN SEJARAH HMI Fase Konsolidasi Spiritual 1946-1947 Sudah diterangkan diatas Fase Pengokohan 5 Februari 1947 – 30 November 1947 Selama lebih kurang 9 sembilan bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh. Fase Perjuangan Bersenjata 1947 – 1949 Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI 1950-1963 Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Fase Tantangan 1964 – 1965 Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru 1966 – 1968 HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa KAMI 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain Mengamankan Pancasila. Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru. Fase Pembangunan 1969 – 1970 Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita. HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan. Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran 1970 – 1998 Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema. Pada tahun 1970 Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic keharusan pembaharuan didalam pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan yang. Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi dinamika di dalam menginterpretasikan dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya dalam dialektika dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam, persoalan Islam Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila sebagai bentuk ijtihad organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka panjang keummatan dan kebangsaan. Fase Reformasi Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahanpertama disampaikan pada jaman konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas Urbaningrun pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari 1998 dengan judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”. Anda juga bisa membaca lebih rinci tentang sejarah HMI di Wiki.
FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia • Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947) • Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947) Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang Dibaca 72 OPINI, – Pada awal abad ke-20 dakwah Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi dakwah yang pada masa berikutnya berkembang menjadi organisasi masa ormas Islam di antaranya SyarIkat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan Islam Persis, Nahdhatul Ulama NU, Persatuan Umat Islam PUI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah Perti, Mathla’ul Anwar, Jam’iyyah Al-Washliyah, Nahdhatul Wathan NW, Lembaga Dakwah Syarikat Islam IndonesiaLDSII dan sebagainya. Kalau dilihat secara negatif, munculnya organisasi-organisasi tersebut mencerminkan perpecahan umat Islam. Akan tetapi, bila kita melihatnya melalui cara pandang yang benar, maka kita akan melihatnya sebagai kekayaan dakwah Islam di Indonesia yang sangat luar biasa. Dakwah Islam adalah dakwah yang komprehensif, mencakup berbagai aspek dalam kehidupan manusia seperti ekonomi, kebudayaan, politik, sosial, pendidikan, pemikiran, dan sebagainya. Selain itu, dakwah pun harus menyentuh semua manusia di berbagai tempat. Demikian tuntutan dakwah Islam. Bila cara pandang ini kita gunakan untuk melihat lahir dan berkembangnya lembaga dakwah ormas-ormas Islam, maka kita akan mengerti bahwa keberadaan ormas-ormas tersebut memang dibutuhkan dalam konteks dakwah Islam di Indonesia, sebab setiap ormas lahir dengan kekhasan dakwah masing-masing. Kita lihat contoh-contoh gerakan masing-masing dengan mainstream gerakannya. Sekilas Sejarah HMI KORKOM IKIP JKT/UNJ HMI didirikan di Yogyakarta pada 5 Februari 1947 yang diprakarsai oleh Lafran Pane. HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejarah HMI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sikap HMI yang memandang Indonesia dan Islam sebagai satu kesatuan integratif yang tidak perlu dipertentangkan. Bila membicarakan sejarah HMI maka tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Sejarah HMI merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia, dimulai dari mempertahankan kemerdekaan, penumpasan PKI pada masa Orde lama dan dilanjutkan sejarah Indonesia pada masa orde baru. Menurut Agussalim Sitompul dalam buku Sejarah dan Perjuangan HMI 1947-1975 menjelaskan bahwa latar belakang berdirinya HMI ada tiga faktor, yaitu Pertama, situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, kondisi Indonesia. Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi dan menurut Budi Riyoko, di samping tiga faktor di atas, terdapat satu faktor lain yang melatarbelakangi berdirinya HMI, yaitu situasi dunia saat ini HMI masih tetap hadir dan memberikan peranannya pada bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya hingga sekarang, HMI mengalami dinamika perjuangan seperti yang diungkapkan oleh Agus Salim Sitompul dalam bukunya Sejarah Perjuangan HMI 1947-1975 dan diperbaharui dalam buku Historiografi HMI 1947-1995, menurutnya ada lima fase perjuangan HMI, yaitu 1 Fase Perjuangan Fisik 1947-1949 2 Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 1949-1963 3 Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 1963-1966 4 Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 1966-1998 5 Fase Pasca Orde Baru 1998-saat ini Sesuai dengan fase-fase tersebut, HMI di IKIP Jakarta tidak terlepas dari Jakarta sebagai Markasnya PB HMI, awalnya IKIP Jakarta bagian dari FKIP UI dan pada Tahun 1964 berdiri sendiri dengan nama IKIP JAKARTA dan kampusnya juga bersebelahan dengan UI Tahun, Ketua Umum PB HMI pernah menjabat Rektor IKIP Jakarta Noer aktivis HMI IKIP Jakarta yang juga angkatan 1966 seperti Arief Rachman,Basry Siregar, Asmaniar Sikumbang,Azis Ritonga dan generasi berikutnya tahun 1970-1980 an ada Zainal Abdin Urra,Kastolani,Fahmi Idris,Zaghlul Yusuf,Thamrin Abdullah,Muchlis R,Fuad Abdillah,Slamet Muhaimin,Achmad Ridwan, Ba’lawi Nuad, Ris Muhammad Tohbayu,Zainullah Muluk,Dharsono Sumarjo,Djaid, Prastowo Sidhi, Hud Sholeh,Farid Wajdi Shan dan Sampai dengan tahun 1990 hingga penulis selesai studi di IKIP Jakarta, HMI KORKOM IKIP JAKARTA/UNJ di telah berkembang menjadi 5 komisariat yakni FIP FPIPS Anwar M Ket. 1 Kom, FPBS Iwan K. Hamdan, Ket. Kom FMIPA Darojat Ket. Kom, FPTK Nursupriyanto Ket. Kom dan FPOK Raffles Hujar Ket. Kom. HMI dan Orde Baru Sebagai bagian yang ikut andil dalam proses kelahiran Orde Baru dengan bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI, ketiga organisasi mahasiswa Islam ini mengawali dengan optimis. Salah satu yang disuarakan oleh gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI adalah agar PKI dibubarkan, tuntutan itu dikabulkan oleh Orde Baru. Gerakan mahasiswa juga berharap banyak pada Orde Baru. Tetapi dalam perkembangannya, gerakan mahasiswa juga dikecewakan dengan berbagai kebijakan Orde Baru. Di antara kebijakan yang secara langsung bersinggungan dengan dunia mahasiswa antara lain 1. SK KOPKAMTIB No. 02/Kopkam/1978 yang isinya membekukan Dewan Mahasiswa. 2. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0156/U/1978 yang melarang aktivitas mahasiswa di bidang politik dan hanya memperbolehkan diskusi-dikusi akademik di kampus. 3. Instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 002/DK/Ins/1978 yang menempatkan seluruh kegiatan mahasiswa berada di bawah kendali Pembantu Rektor III—yang dibantu oleh Pembantu Dekan III. Instruksi ini juga memutuskan pembentukan sebuah Badan Koordinasi Kampus BKK yang memberikan kewenangan bagi pimpinan kampus untuk memberi sanksi kepada aktivis mahasiswa atau membubarkan sebuah organisasi mahasiswa yang dianggap menggangu stabilitas politik, dan 4. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1/U/1978 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan pembubaran Dewan Mahasiswa dan membatasi kegiatan mahasiswa hanya dalam aspek hobi, keilmuan, dan keterampilan. HMI Korkom IKIP Jakarta dan LDK Musholla Mahasiswa Mensikapi NKK/BKK, aktifis HMI IKIP Jakarta menjadikan ruang dakwah lebih dinamis di Musholla Mahasiswa sebagai unit kegiatan minat Kerohanian Islam Mahasiswa tingkat Institut dan Kerohanian Islam Tingkat Fakultas dan Jurusan/Prodi, yang penulis amati masa akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an antara aktifis HMI IKIP Jakarta dan Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta seperti dua sisi mata uang bersinergi menyuarakan dakwah Islam di kalangan mahasiswa, terlebih ikhtiar pemberantasan buta huruf Al-Qur’an dan Mentoring Agama Islam di kalangan Mahasiswa Islam dalam bentuk penguatan basis dan pengembangan wawasan keislaman di samping kegiatan rutin PHBI, Kajian Ramadlan In Campus. Pada fase ini singkat kata sinergi, penguatan manajerial dan kepemimpinan juga di gawangi HMI Korkom IKIP Jakarta dan aktifis Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta di samping sering melaksanakan LDK,Intermediate Trainng , juga Coaching Instruktur kerjasama dengan Rayon RATU. HMI MPO di IKIP Jakarta Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi HMI-MPO merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri merupakan Organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila. HMI yang semula hanya berazaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Soeharto mengubah azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islam yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya. Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia. Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB pengurus besar HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI Jl. Diponegoro 16, Jakarta. Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif. Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal HMI-DIPO dan HMI yang menolak asas tunggal HMI-MPO, dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta dan LMMY Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ. Tahun 1984-1986 Aktifis yang berperan menegaskan Islam sebagai Azas Perjuangan di HMI MPO di IKIP Jakarta seperti Slamet Muhaimin,Ba’lawi Nuad,Ris Mohammad Toh Bayu, Zainullah Muluk,Prastowo Sidhi dan yang lainnya. Mensikapi wacana Senat Mahasiswa Tinggi di acara Simposium yang di selengggarakan IKIP Jakarta Aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa di Akhina Iwan Kusuma Hamdan,Endang Sidik Permana dan Muhammad Sholeh di kenal militansinya dengan menyumbangkan pemikiran walau beradu argumentasi dengan teman aktifis dari kelompok semar. Dalam kondisi kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pada keleluasaan gerakan mahasiswa, muncul arus baru gerakan mahasiswa Islam yang dikenal dengan gerakan dakwah kampus, atau LDK yang menjadi organisasi formal atau intra kampus. Kehadiran LDK ini bersamaan dengan maraknya gerakan dakwah di kalangan umat Islam pada sekitar tahun 1980an. Gerakan dakwah kampus ini berkembang dengan pesat dan membentuk sebuah wadah bersama yang diberi nama Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus FSLDK, aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa, turut membidani untuk wilayah Barat di Masjid Salman ITB 1988Hadir Bambang Setiawan,Achmad Sutrisno,Anwar Musadat,Raffles Huzar dan Deklarasi LDK Kampus Tingkat NasionalFSLDK Nara Sumber Noer dan Ustadz Abbas Aula di IKIP Malang/Unbraw Malang Jawa Timur Hadir Mohammad Sholeh,Endang Musadat dan Solichin Subekti Perkembangan LDK ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap dinamika gerakan mahasiswa Islam yang ada sebelumnya, tetapi karena wilayah kerjanya berbeda LDK menjadi organisasi intra-kampus maka pengaruhnya tidak begitu signifikan terhadap organisasi seperti HMI, PMII, dan IMM organisasi ekstra-kampus. Di beberapa kampus, kehadiran LDK justru dijadikan mitra oleh organisasi ekstra kampus. FSLDK yang tumbuh berkembang sejak tahun 1980-an inilah melalui FSLKD menjelang tumbangnya Orde Baru membentuk wadah perjuangan bersama dan kemudian menjadi organisasi ekstra kampus bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, dan pada tahap berikutnya LDK juga bisa dikaitkan dengan dibentuknya organisasi lain pada tahun 2004 bernama Gema Pembebasan. Kehadiran organisasi yang tumbuh pesat pada era refomasi ini mampu menggeser popularitas dan basis kampus yang telah didominasi oleh organisasi yang telah ada sebelumnya, pergeseran ini terutama terjadi di Perguruan Tinggi Negeri non agama, dan PTAIN, khususnya di fakultas atau jurursan eksakta. Kondisi politik yang bebas dan ekonomi yang makin baik menghadirkan kelas menengah baru di kota-kota yang mencari pegangan hidup, dalam hal ini Islam memberi jawaban praktis melalui pola dan karakter gerakan baru yang cenderung formalis dan praktis. Sebagai organisasi Islam, semua organisasi mahasiswa yang dibahas di sini memiliki corak atau karakter keislaman. Karakter atau corak keislamannya inilah yang berpengaruh bagi organisasi teresebut dalam meraih simpati mahasiswa. Organisasi-Organisasi yang telah lahir dan tumbuh sejak awal kemerdekaan Indonesia karena banyak terlibat langsung dalam dinamika sejarah Indonesia, maka karakter keisalamannya cenderung lebih kontekstual dan substansif. Tetapi kecenderungan baru umat Islam khususnya di kalangan mahasiswa yang muncul dan marak pasca reformasi membuat organisasi ini sedikit berkurang peminatnya. Relasi keagamaan organisasi lama terebut bisa dilacak pada dua organisasi Islam dominan lain di Indonesia, seperti NU dan Muhammadiyah. Sedangkan organisasi yang lahir belakangan, cenderung lebih normatif dan praktis, dan karakter keislaman yang dikembangkan bisa dilacak melalui relasi kultural keagamaan yang identik dengan gerakan Islam trans-nasional, seperti LDK dan KAMMI dengan Ikhwanul Muslimin dan Gema Pembebasan dengan Hizbut Tahrir. HMI dan Masa Depan Ummat/Bangsa Di setiap kesuksesan dalam sebuah pertempuran pasti ada syarat-syarat sukses yang terpenuhi. Begitu juga ketika mengalami kekalahan, pasti ada sebab. Sebabnya adalah tidak memenuhi syarat-syarat untuk sukses. Begitulah siklus hidup yang berlaku bagi individu maupun komunitas. HMI saat lahirnya sudah mendeklarasikan diri sebagai sebuah lembaga non profit, semua kadernya diberi beban yang sama. Melakukan proses perkaderan demi keberlangsungan lembaga ini di masa-masa yang akan datang. Banyak sekali organisasi yang bubar, kini hanya menyisakan puing sejarah akibat dari proses perkaderan yang tidak berjalan secara maksimal. Ini alasan yang kuat kenapa HMI masih ada, meskipun di setiap pergantian kepengurusan di tingkatan komisariat sampai PB selalu dinamis. Dengan berhasilnya HMI melewati setiap etape dinamis itulah kader-kadernya semakin teruji mentalnya di semua tingkatan pengabdian. Di setiap peringatan Milad HMI, semua kader dianjurkan untuk merefleksikan perjalanannya sejauh ini. Beban apa saja yang sudah dimenangkan, mengevaluasi sebab-sebab kekalahan. Memproyeksikan ulang agar kader HMI terus eksis di masa yang akan datang . Gerakan sosial di masyarakat adalah gerak untuk memperoleh pengakuan akan identitasnya. Sebab, pengakuan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia, kata Axel Honneth seorang filsuf Jerman. Pernyataan Honneth ini cukup kompatibel dengan semangat HMI dalam mengajarkan kader-kadernya untuk mengabdikan diri di semua sektor dan lapisan. Meskipun, terdapat beberapa kejadian yang mendistorsi semangat awal lahirnya HMI. Tapi secara umum, dinamika HMI adalah gerak agar diakui kontribusi konkritnya untuk ke-Islaman dan ke-Indonesian . Tahun 2021 HMI, sebuah usia yang matang akibat menempuh perjalanan yang tidak singkat. Jika dibanding dengan usia republik dan kontribusi HMI untuk mengisi kemerdekaan, kita belum terlalu jauh dalam mengayunkan langkah. HMI harusnya sudah melakukan imajinasi baru. Memulai sebuah mimpi yang diproyeksikan dengan sungguh-sungguh dan menjawabnya. Tantangan ke depan semakin besar, syarat-syarat untuk sukses juga semakin berat. Itulah sebabnya, satuan waktu yang kita gunakan untuk memproyeksikan kejayaan HMI di masa yang akan datang haruslah panjang. Jika kita menginginkan bangsa ini terus berjalan, HMI harus sudah berimajinasi melampaui usia bangsanya. Merancang agenda-agenda besar jangka panjang. Tahun 2012 Erdogan meletakkan tahapan penting dari keberhasilan ekonomi Turki sekarang. Dia berani melakukan transformasi besar-besaran di Turki, berpindah dari sistem Liberal Sekulerisme ke sistem yang lebih mendekati Islami. Merubah negara the sick man in ureopa yang penduduknya banyak miskin ini menjadi kaya raya. Erdogan membuat rencana yang lumayan setiap 5 tahun sekali. Sebelum Turki merubah kebijakan negaranya, terlebih dahulu mereka mengukur jarak mereka dengan negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa dalam bidang agama ,ekonomi, teknologi, dan militer. Jarak itulah yang dijadikan titik tolak untuk mengejar ketertinggalan. Tahun 2018 kemarin, Turki lakukan evaluasi atas rencana mereka dalam mengejar ketertinggalan yang sudah berjalan hampir setengah abad. Dan hasilnya, Turki yang tadinya adalah negara miskin itu kini bermetamorfosis menjadi sebuah kekuatan baru yang cukup disegani dunia. Pelajaran yang bisa diambil oleh HMI dari sebuah langkah besar yang dilakukan Erdogan di Turki adalah penggunaan satuan waktu yang panjang dalam merancang agenda besar HMI ke depan. Terutama dalam konteks mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Rancangan agenda jangka panjang itu bertujuan agar HMI tidak berjalan di tempat. Pergantian kepengurusan tidak hanya siklus tahunan yang tidak menghasilkan apa-apa. Tapi momentum yang cukup strategis untuk memulai. Malik Ben Nabi seorang filsuf Aljazair mengatakan “keberhasilan besar dalam sejarah selalu berkaitan dengan besarnya gagasan sebagai pemicu keberhasilan tersebut”. Erdogan tidak hanya menggunakan satuan waktu yang besar, tapi juga dia cerdas meletakkan gagasan besarnya dalam menatap masa depan Turki yang kita lihat sekarang. Saat kita ingin mendeklarasikan bahwa HMI akan terus ada demi mewujudkan Al-Quran dan Sunnah Rasululloh . Kita mesti berfikir dalam satuan waktu yang panjang juga. Saat ini HMI adalah waktu yang tepat untuk merancang agenda besar dalam satuan waktu yang panjang. Dinamika internal mesti mendewasakan setiap kader. Riak-riak internal haruslah dimaknai sebagai bumbu penyedap dari suatu masakan yang hendak matang. Kita harus sudah selesai secara internal. Agar agenda besar jangka panjang bisa dirancang secara bersama-sama. Dari harapan itulah yang mendorongnya mendeklarasikan sebuah organisasi yang merepresentasikan mahasiswa islam meskipun mendapatkan tantangan dimana-mana. Sebagai kader, kita semua harus bertanggungjawab dalam merawat harapan yang diberikan pendiri-pendiri HMI. Syarat untuk sukses dan tetap bertahan relatif masih kita pertahankan, yaitu dengan terus adanya perkaderan di tingkatan yang paling bawah. Tapi, kita tidak boleh berjalan di tempat tanpa memikirkan alternatif jalan yang lebih cepat untuk sukses. Membuat proyeksi jangka panjang agar kita tidak tampak berjalan di tempat. “Seorang jenderal yang kuat dengan pasukan yang lemah atau seorang jenderal yang lemah dengan pasukan yang kuat adalah pertanda kekalahan.” Begitu kata Sun Tzu. Antara anggota di lapisan paling bawah dan kader-kader yang diberi amanah berada di posisi-posisi struktural di tingkatan paling atas sampai bawah mesti saling bersimbiosis. Kita harus kuat semunya, tantangan ke depan bagi HMI semakin besar dan menantang. Baru-baru ini di Malaysia dilangsungkan sebuah pertemuan yang inisiatifnya datang dari Mahatir, Erdogan dan Imran dari Pakistan. Konklusi dari pertemuan itu kira-kira ingin mengeluarkan dunia Islam dari keterpurukan. Memang benar, secara empiris dapat kita lihat bahwa hampir seluruh konfilik kemanusiaan di dunia saat ini terjadi di dunia Islam, korbannya tentu ummat Islam juga. Belum lagi gerakan islamophobia yang sudah semakin mewabah bukan hanya di dunia barat tapi juga merangsak masuk ke negara-negara Asia, India, Myanmar, China adalah contohnya dan masih banyak negara Asia yang lain. Organisasi Konferensi Islam OKI yang semestinya berperan aktif dalam memproteksi kepentingan ummat Islam justru tidak berdaya dibawah agresi meliter yang dilakukan barat atas dunia Islam. HMI tidak boleh terlalu lama hidup di pinggir sejarah, realitas hari ini mendesak kita untuk keluar dan lebih bermanfaat lagi. Bukan hanya untuk ummat dalam negeri, tapi juga berguna bagi dunia. Ini adalah saat yang tepat dalam mewartakan penghapusan penjajahan di atas dunia. Dengan Islam , HMI mesti hadir sebagai duta untuk perdamaian dunia. Masa depan bangsa atau dunia dalam cakupan yang lebih besar ada di tangan anak-anak muda. HMI sebagai organisasi yang diisi anak-anak muda yang cerdas sudah saatnya membuat sebuah lompatan jauh. Sambil memenuhi persyaratan-persyaratan untuk sukses dalam menuntaskan tanggung jawab keummatan dan kebangsaan. HMI adalah gerakan peradaban, elemen penting dari kebudayaan Indonesia. Terima atau tidak, HMI begitu banyak meninggalkan sidik jari bagi perkembangan sejarah Indonesia. Para pendiri dan angkatan awal adalah para ideolog yang meletakkan dasar betapa pentingnya kader harus terdistribusi secara proporsional ke semua sektor. Orientasi perkaderan HMI sudah saatnya dirancang untuk melahirkan kader yang dapat mengisi sektor-sektor yang mengalami defisit. Menjadi pengusaha contohnya, padahal ini juga profesi yang sangat penting dalam menopang terwujudnya masyarkat adil makmur. Meskipun ada satu atau dua organisasi internal yang dibentuk dalam rangka mewadahi alumni-alumni yang berprofesi pengusaha. Belum ada progres yang berarti ke akar rumput komisariat-komisariat. Menjadikan HMI visioner adalah bahagian penting proyeksi masa depan. Agar kita tidak lagi mengandalkan proposal dalam setiap penyelanggara kegiatan. Langkah yang demikian ini, juga bahagian dari mengeluarkan HMI dari keputusan-keputusan organisasi yang kerap mendapatkan intervensi dari luar. Caranya adalah, ke depan kurikulum perkaderan kita haruslah dipikirkan ulang, agar kader tidak hanya menumpuk di satu profesi Peradaban dunia terus bergerak, tepat seperti diutarakan Samuel Huntington. Peradaban seumpama patahan lempeng tektonik yang terus bergeser dan pada waktunya berbenturan satu sama lain sehingga menimbulkan guncangan hebat. Sudah saatnya HMI mempersiapkan kader-kadernya menghadapi tantangan global. Kader perlu juga di dorong untuk melanjutkan studi ke manca negeri. Agar setelah pulang dapat memberikan khasanah baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam negeri. Rosulullah dengan tepat mendiagnosa kekalahan dan akibat-akibat kekalahan di perang Uhud itulah pasukan Islam selalu menang di peperangan-peperangan setelahnya. Masa depan HMI, kesuksesan hanya akan kita raih jika kita betul-betul memenuhi sebab-sebab agar sukses. Catatan Dakwah di IKIP JKT/UNJ, respon pasca Sillaturrahiem Alumni HMI MPO IKIP Jakarta/UNJ, 8 Juni 2021 di Masjid Kampus Attaqwa Rawamangun Jakarta Tmur Anwar Musaddad, Alumni HMI Pengalaman Organisasi Ketua I HMI Komisariat FPIPS IKIP Jakarta 1986 – 1987 Sekretaris Umum Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1989 – 1990 Kabid I Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1988 – 1989 Koor. PHBI Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1987-1988 Mide Formatur HMJ Sejarah/Ketua DEPSOSPEN HMJ Sejarah FPIPS IKIP Jakarta 1986-1987 Pengalaman Pelatihan Mental Training Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1985 Basic Training– Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1986 Basic Training Senat Mahasiswa FMIPA IKIP Jakarta 1987 Intermediate Training – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 Coaching Instruktur – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz, Politik Islam Politik Pergulatan Ideologis PPP Menjdi Partai Islam, Yogyakarta Tiara Wacana, 2006. , Varian-Varian Fundamentalisme Islam di Indonesia, Jakarta Diva Pustaka, 2006. Abdul Munir Mulkhan, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Umat Islam 1965-1987 Dalam Perspektif Sosiologis, Jakarta Rajawali Press, 1991. Adi Surya Culla, Patah Tumbuh Hilang Berganti Sketsa Pergolakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia 1908-1998, Jakarta Rajawali Press, 1999. Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman – Keindonesiaan HMI 1947 – 1997, Jakarta Logos, 2002. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975, Surabanya Bina I lmu, 1976. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1,Bandung Salamadani, cet. V, 2012. Ahmad Syafii Maarif, Politik Identitas dan Masa Depam Pluralisme Kita, Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, Edisi Digital, 2012. Ahmad Syafii Mufid Ed., Perkembangan Paham Keagamaan Trans-nasional di Indonesia, Jakarta Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011. Ajib Purnawan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bersaksi di Tengah Badai Catatan Kritis Sejarah Kelahiran IMM Melawan Komunisme, Yogyakarta Buku Panji, 2007. Andi Rahmat dan Muhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus,Surabaya Pustaka Saga, 2015. Asad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta LP3ES, 2009. Azyumazdi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta dan Tantangan, Bandung Remaja Rosdakarya, 2000. Azyumardi Azra, Jajat Burhanuddin, Taufk Abdullah Ed., Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Institusi dan Gerakan, Jakarta Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Bachtiar Effendy, Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktek Politik Islam di Indonesia. Edisi Digital. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi,
Fasefase perjuangan dan relevansinya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946 - 5 Februari 1947) Di fase ini pula HMI berhadapan dengan kekuatan yang ingin HMI ini enyah. Fase kebangkitan (1966 - 1968) Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969 - 1970)
1 PEDOMAN PERKADERAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MUKADDIMAH Asyahadu alla illa ha illallah Wa Asyhadu anna Muhammadarrasulullah Aku Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah Sesungguhnya Allah telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang hak dan sempurna untuk mengatur ummat manusia kehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia dituntut mengejawantahkan nilai-nilai illahiyah dibumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Menauladani Tuhan dengan bingkai pangabdian kehadirat-Nya melahirkan konsekuensi untuk melakukan pembebasan liberation dari belenggu-belenggu selain Tuhan. Dalam konteks ini seluruh penindasan atas kemanusiaan adalah thagut yang harus dilawan. Inilah yang menjadi subtansi dari persaksian primordial manusia Syahadatain. Dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya, manusia harus tampil untuk melakukan perubahan sesuai dengan misi yang diemban oleh para Nabi, yaitu menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi seluruh alam menurut Islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal universal brotherhood, egaliter, demokratis, berkeadilan sosial social justice, dan berkeadaban social civilization, serta istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas mustadh'afin. HMI sebagai organisasi kader juga diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformsikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT. Dalam Aktivitas keseharian, HMI sebagai organisasi kader platform yang jelas dalam menyusun agenda, perlu mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intrens berusaha membangun proses dialektika secara obyektif dalam pencapaian tujuannya. Daya sorot HMI terhadap persoalan, tergambar pada penyikapan kader yang memiliki keperpihakan terhadap kaum tertindas mustadha'afin serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan kaum penindas mustakbirin. Agar dapat mewujudkan cita-cita diatas, maka seyogyanya perkaderan harus diarahkan pada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh khaffah, sikap dan wawasan intelektual yang melahirkan kritisisme, serta orientasi pada kemampuan profesionalisme. Oleh karena itu untuk memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengkaderan HMI, maka ada 3 tiga hal yang harus diberi perhatian serius, pertama, rekrutmen calon kader. Dalam hal ini HMI harus menentukan prioritas rekrutmen calon kader dari mahasiswa pilihan, yakni input kader yang memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan dan pengembangan yang terus menerus serta berkelanjutan, memiliki orientasi prestasi, dan memiliki potensi leadership, serta memiliki kemungkinan untuk aktif dalam organisasi. Kedua, proses perkaderan yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung jawab perkaderan, pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang dikomunikasikan serta fasilitas yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang dibangun harus kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas kader, yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong gairah belajar dan bekerja keras, merangsang dialog dan interaksi individu secara demokratis dan terbuka untuk membangun sikap krirtis yang menumbuhkan sikap dan pandangan futuristik serta menciptakan media untuk merangsang tumbuhnya sensifitas dan kepedulian terhadap lingkungan sosial yang mengalami ketertindasan. Untuk memberikan panduan guidence yang dilaksanakan dalam setiap proses perkaderan HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman perkaderan yang merupakan strategi besar grand strategy perjuangan HMI dalam menjawab tantangan organisasi yang sesuai dengan setting sosial dan budaya yang berlaku dalam konteks zamannya.
KARYAILMIYAH NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN HMI Kepenulisan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti kepersertaan Senior
Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia - Himpunan Mahasiswa Islam merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokohnya dan merupakan mahasiswa yang memprakarsai berdirinya HMI, Lafrane Pane, adalah seorang aktivis yang memiliki kualitas SDM yang bisa dibilang baik pada waktu itu serta kesadaran dalam dirinya atas mirisnya keadaan nasional dan mahasiswa islam pada waktu itu. Bagaimana HMI dapat berdiri di Indonesia? Berikut adalah Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Singkat Berdirinya HMI di IndonesiaDalam sejarah HMI di Indonesia, ada beberapa aspek yang nanti akan mengantarkan kita dalam sejarah berdiri, berkembang, serta perjuangan HMI. Kita perlu memahaminya satu per satu agar dalam mempelajari suatu sejarah tidak terjadi salah pemahaman. Adapun aspek-aspek tersebut adalah 1 Latar belakang berdirinya HMI, 2 Berdirinya HMI, dan 3 Sejarah Perjuangan HMI terdiri dari fase-fase. Berikut penjelasannyaLatar Belakang Berdirinya HMI1. Situasi InternasionalTentang kemunduran umat islam sudah banyak sekali tulisan ataupun argumen yang sudah menjelaskan, dan itu sangat variatif, mulai dari dibakarnya perpustakaan Bait al Hikmah, serangan tentara Mongol, sampai kemunduran berpikir umat islam pada waktu itu. Dan dari semua argumen, yang paling mendekati kebenaran obyektif dan yang sesungguhnya terjadi adalah kemunduran berpikir umat islam karena terlena dengan masa kejayaannya. Budaya berpikir umat islam tidak lagi maju, alias dari kemandegan dalam berpikir iru, ada beberapa kelompok yang ingin melawan keterbatasan umat islam dalam menjalani keislamannya secara menyeluruh kaffah. Mereka menginginkan islam yang total, islam yang sesuai dengan al Quran dan Hadis. Arti dari silam keseluruhan menurut mereka adalah bahwa islam tidak hanya terbatas pada ritus keagamaan saja, melainkan juga segala kehidupan di dunia ini. Mereka menamakan gerakan yang mereka buat dengan Gerakan Gerakan tersebut juga memantik kelompok yang akhirnya juga mendirikan sebuah wadah, seperti di Negara Turki dan Mesir 1720 & 1807 M. Beberapa pimpinannya adalah Rifaah Badawi Ath Tahtawi 1801 – 1873 M, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab pencetus Wahabi di Saudi Arabia 1703 – 1787, Muhammad Abduh 1849 – 1905 M, dan Situasi NKRIMasuknya imperialisme Barat ke Indonesia yang dipimpin oleh Cornelis De Hotman pada tahun 1596. Pada tahun itulah Indonesia mulai dijajah sampai 350 tahun lamanya, atau tiga setengah abad. Imperialisme Barat pada waktu itu membawa tiga 3 hal, yaituPenjajahanMisionaris. Yaitu upaya kristianisasi pribumi Barat atau yang biasa kita sebut dengan Westernisasi yang bercirikan sekulerisme dan liberalisme. 3. Kondisi Mikrobiologis Umat IslamSebelum HMI berdiri, di Indone terbagi empat 4 golongan umat islam yang menjadi latar belakang berdirinya HMI di Indonesia. Adapun empat 4 golongan tersebut adalah sebagai berikuta. Golongan PertamaGolongan pertama ini ialah mereka umat islam yang melaksanakan ajaran islam sekadarnya saja atau bisa disebut kultur islam yang wajib, seperti pernikahan, kematian, dan kelahiran Golongan KeduaGolongan kedua ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang melaksanakan ajaran islam yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Golongan KetigaGolongan ketiga ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang terjerembab pada mistisisme, yaitu mereka menitiberatkan ajaran islam dalam kehidupan di dunia hanya berfokus pada akhirat Golongan KeempatGolongan yang terakhir ini ialah golongan kecil umat islam yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, hal ini sesuai dengan prinsip agama islam. Mereka memiliki keinginan dan berupaya agar ajaran islam dapat diimplementasikan di Indonesia sesuai dengan sosio-kultur Kondisi Perguruan Tinggi Serta Dunia KemahasiswaanSebelum HMI berdiri, ada dua 2 faktor yang memberi corak dalam perguruan tinggi serta kemahasiswaan. Adapun dua 2 faktor tersebut adalah sebagai berikuta. Sistem PendidikanAdapun sistem pendidikan pada waktu itu, khususnya di perguruan tinggi dan umumnya pendidikan, memakai sistem barat, yang mana sistem tersebut mengarah kepada tumbuhnya sekularisme mengenyampingkan agama di segala aspek kehidupan dalam diri peserta Organisasi KemahasiswaanAda dua 2 organisasi kemahasiswaan yang berjalan di bawah PKI Partai Komunis Indonesia, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY dan Serikat Mahasiswa Indonesia SMI. Bergabung dua 2 faham sekulerisme dan komunisme ini memicu terjadinya “Krisis Keseimbangan” karena melanda perguruan tinggi dan kemahasiswaan. Krisis kesimbangan yang terjadi pada akhirnya akan membuat rancu, karena antara akal dan hati, jasmani dan rohani, dan kebutuhan antara duniawi dan ukhrowi tidak HMI1. Latar Belakang Munculnya PemikiranHMI berdiri merupakan prakarsa dari seorang mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Islam Sekarang Universitas Islam Indonesia yang bernama Lafran Pane. Secara garis besar, Lafran Pane merupakan anak keenam dari Sultan Pangaribaan Pane. Dia lahir di Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Masa mudanya dia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta, dan sekolah Muhammadiyah. Latar belakang berdirinya HMI dari pemikirannya adalah “Memandang serta menyadari keadaan hidup mahasiswa muslim yang tidak sepenuhnya paham dan mengamalkan ajaran islam”. Keadaan tersebut timbul karena sistem pendidikan dan situasi masyarakat pada masa itu, sehingga membuat sebuah wadah organisasi menjadi sebuah yang akan didirikan tersebut harus memiliki SDM yang mampu mengikuti alam pemikiran dan pikiran mahasiswa tentang keinginan untuk menuju sebuah pembaharuan atau inovasi dalam segala bidang kehidupan, lebih-lebih dalam aspek keagamaan. Dan tujuan tersebut tidak akan pernah terealisasi jika Indonesia tidak bebas, tidak merdeka, rakyatnya tidak makmur. Oleh karena itu, organisasi ini harus mempertahankan NKRi dan berusaha memakmurkan rakyat Peristiwa 5 Februari 1947Beberapa kali agenda rapat yang diadakan oleh Lafran Pane terjadi kegagalan, sehingga akhirnya dia membuat rapat dadakan yang diadakan ketika jam kuliah Tafsir. Rapat tersebut pada hari Rabu 14 rabiul Awal 1366 H, tepatnya pada 5 Februari 1947 di salah satu ruang kelas di STI, jalan Setiodiningratan sekarang Panembahan Senopati. Akhirnya mahasiswa-mahasiswa lainnya pun masuk ruangan tersebut. Dalam prakatanya, Lafran Pane yang memimpin berkata “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena segala sesuatu yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima adalah yang akan diajak mendirikan HMI, dan yang menentang biar terus menentang, toh tanpa mereka, organisasi ini bisa berdiri dan berjalan”.Ada 15 tokoh yang ikut andil dalam pendirian HMI, antara laina. Lafran Pane Yogyakartab. Karnoto Zarkasyi Ambarawac. Dahlan Husein Palembangd. Siti Zaenab Palembange. Maisaroh Hilal Singapurof. Soewali Jemberg. Yusdi Ghozali Semarangh. M. Anwar Malangi. Hasan basri Surakartaj. Marwan Bengkuluk. Tayeb Razak Jakartal. Toha Mashudi Malangm. Bidron Hadi Kauman-Yogyakartan. Zulkarnaen Bengkuluo. Mansyur Perjuangan HMIDalam perjuangannya, HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang tidak luput dari gejolak mengalami sembilan 9 fase dalam perkembangannya. Berikut ini adalah fase-fase yang dijalani HMI dalam sejarah perjuangan Fase Konsolidasi November 1946 – 5 Februari 1947Seperti diterangkan di atas, ketika Lafran Pane mendadak mengadakan rapat di salah satu ruang kelas, di situ dan pada waktu itu juga HMI resmi didirikan, tepatnya pada 5 Februari Fase Pengokohan 5 Februari 1947 – 30 November 1947Berjalannya HMI yang masih belia mengadakan aktivitas-aktivitas serta sosialisasi kepada mahasiwa dan masyarakat. Dalam Kongres Mahasiswa seluruh Indonesia yang diadakan di Malang pada 8 Maret 1947, HMI mendelegasikan Lafran Pane dan Asmin Nasution. Kongres ini merupakan kesempatan besar bagi HMI agar dikenal oleh mahasiswa seluruh beberapa bulan setelah Kongres, HMI berdiri di beberapa cabang, yaitu di Solo dan Malang. Di umur HMI yang masih sangat belia, yaitu sembilan 9 bulan, HMI mengadakan Kongres I di Yokyakarta yang bertepatan pada 30 November 1947. Dalam Kongres I HMI tersebut, MS. Mintaredja terpilih menjadi Ketua PB Fase Perjuangan Fisik 30 November – 27 Desember 1949HMI lahir pada situasi yang terbilang tidak baik, yaitu pada saat Indonesia yang walaupun sudah memproklamirkan kemerdekaannya, masih saja terus dijajah. HMI ikut serta dalam mengusir para penjajah, sampai pada 27 Desember 1949 Indonesia mencapai kedaulatan terjadi pengkhianatan oleh PKI di Madiun 18 Spetember 1948, HMI ikut andil dalam penumpasan pemberontakan itu. Sejak Affair Madiun tersebut PKI memiliki dendam terhadap Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi 1950 – 1963Merupakan keputusan yang bijak ketika pusat kantor PB HMI dipindah dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1951 bulan Juli, dan Lukman E. Hakim ditunjuk menjadi ketua PB HMI menggantikan Mintaredja, dan Sekjen digantikan oleh dalam memimpin HMI, Lukman E. Hakim tidak dapat memimpin secara sempurna, dan akhirnya menyerahkan kepemimpinan kepadaA. Dahlan Ranuwihardja, sehingga dengan terpaksa HMI mengadakan Kongres Luar Biasa darurat. Kongres darurat tersebut akhirnya disahkan sebagai Kongres II HMI di Yogyakarta pada 15 Desember Dahlan Ranuwihardja terpilih menjadi ketua umum PB HMI periode 1951 – 1953 ditemani M. Rajab Lubis sebagai sekretaris umumnya. Pada periode ini HMI fokus kepada pembinaan anggota, yaitu dengan membentuk basis-basis yang terdiri dari komisariat, cabang, badan koordinator badko, dan lembaga-lembaga Fase Tantangan dan Pengkhianatan 1964 – 1965Karena menurut PKI, HMI merupakan musuh, sehingga CGMI organisasi mahasiswa di bawah naungan PKI diberi mandat oleh mereka untuk membubarkan HMI. Puncak dari aksi tuntutan pembubaran HMI terjadi pada bulan September 1965. Jika DN. Aidit Ketua CC PKI pada 13 September 1965 diberi gelar Bintang Mahaputra, pada saat yang sama Generasi Muda Islam Jakarta Raya menunjukkan solidaritasnya untuk bersama membela HMI. Setelah empat hari, HMI dinyatakan jalan terus, artinya tidak dibubarkan, hal itu terjadi atas keputusan komando tertinggi Retoling Aparatur Revolusi atau Kotrar Bung Karno.Pada tanggal 30 September 1965, akhirnya PKI mengambil jalan pintas dengan melakukan tindak kekerasan. Makar yang dilakukan oleh PKI mereka sebut dengan Gerakan 30 September atau G30S. Namun ABRI dan rakyat Indonesia yang anti terhadap PKI akhirnya dapat menggulung G30S/PKI dengan waktu yang relatif Fase Penggerak Angkatan 1966 Pelopor Orde Baru; 1966 – 1968Wakil Ketua PB HMI, Mar’ie Muhammad menyalurkan sebuah inisiatif untuk mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim sekaligus yang memprakarsai berdirinya pada 25 Oktober 1965. Prof. Dr. Syarif, Menteri PTIP mengesahkan organisasi tersebut dengan syarat 1 Mengamankan Pancasila, 2 memperkuat bantuan ABRI dalam penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang pertama diadakan berupa rapat umum yang dilaksanakan pada November 1965, tepat di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba, tanggal 10 Januari 1966 KAMI membentuk sebuah tuntutan yang terbungkus dalam Tritura yang berisi 1 Bubarkan PKI, 2 Retoling kabinet, dan 3 turunkan harga. Setelah KAMI berdiri, terbentuklah Kesatuan Aksi Pemuda pelajar Indonesia KAPPI pada 9 Februari 1966, yang dipimpin oleh M. Thamrin dari PII. Tuntutan kedua KAMI, yaitu retoling kabinet, oleh rezim orde lama dijawab dengan pembentukan kabinet Dwikora. Hal tersebut memicu kemarahan rakyat, sehingga mengundang aksi dan demonstrasi. Demonstrasi berlangsung selama sebelas hari, mulai 1 Maret hingga 11 Maret 1966. Dari terjadinya aksi mahasiswa dan rakyat itulah akhirnya Ir. Soekarno menciptakan Surat Sebelas Maret Supersemar. Keesokan harinya, tepat tanggal 12 Maret 1966 PKI dinyatakan dibubarkan dan dilarang beserta segala sayapnya. Setelah Ir. Soekarno turun dan digantikan oleh Jendral Soeharto dalam memimpin Indonesia, HMI turut mendukung pemerintahan yang Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan dan Modernisasi 1969 – 1970Ada tiga 3 bentuk partisipasi HMI dalam pembangunan Indonesia, yaitu 1 pembentukan suasana, situasi, dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2 pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, dan 3 bentuk pelaksanaan langsung dari pembangunan. Menurut M. Dawam, HMI pada masa orde baru masuk ke birokrasi dan secara tegas mendukung proses modernisasi. Namun menurutnya, HMI masuk ke dalam birokrasi tidak melalui diskusi-diskusi yang bersifat keilmuan intelektualitas, melainkan secara langsung andil dalam pembangunan. Bisa dikatakan kader-kader HMI pada waktu itu merupakan kader-kader yang Fase Pergolakan Pemikiran Sejak tahun 1968, gejala-gejala gejolak pemikiran sudah nampak sebelum akhirnya pada tahun 1970 benar-benar muncul. Para aktivis sejak 1970-an memikirkan bagaimana mereka mendapatkan substansi bukannya bentuk. Adapun tema yang menjadi titik perhatian mereka pada waktu itu adalah 1 Peninjauan kembali landasan teologis atau filosofis politik islam, 2 pendefinisian kembali cita-cita politik islam, 3 peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai secara efektif. Seorang aktivis pasti memiliki sisi idealisme dan aktivisme. Dalam prosesnya, idelisme dan aktivisme mereka dapat dibagi dalam tiga 3 aspek 1 pembaharuan teologis, 2 reformasi politik atau birokrasi, dan 3 transformasi Fase Reformasi 1998 – SekarangPada fase ini, rezim orde baru menerapkan beberapa kebijakan yang selaras dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat islam. Selama beberapa tahun tidak lagi terjadi aksi, sampai pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi. Krisis moneter yang terjadi merupakan salah satu yang memicu mahasiswa kembali turun ke jalan. Pada waktu itu nilai rupiah sangat melemah, semelemahnya rezim orde baru, sampai akhirnya nilai rupiah meningkatkan, Rp. per dolar meningkat menjadi Rp. per dolar. Hal tersebut membuat rezim orde baru kaget dan keadaan tidak dapat dikendalikan. Akhirnya reformasi berhasil dan Jenderal Soeharto turun dari jabatannya sebagai fase-fase yang dialami oleh HMI dari awal berdirinya sampai sekarang. Mungkin itu saja untuk pembahasan tentang Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Dan jika bagi rekna-rekan bermanfaat, bisa dibagikan ke banyak orang. Terimakasih.
Fasefase perjuangan dan relevansinya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946 - 5 Februari 1947) Di fase ini pula HMI berhadapan dengan kekuatan yang ingin HMI ini enyah. Fase kebangkitan (1966 - 1968) Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969 - 1970) HMI
YakusaBlog Dalam perjalanan perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sepanjang sejarahnya, dari sejak berdirinya (1947) hingga kini, HMI telah mengalami dan melewati sebelas fase, antara lain: Fase I: Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (1946) Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi obyektif Setelahmembaca masa-masa perjuangan HMI pada fase IV-VI, selanjutnya kita bahas perjuangan HMI pada fase VII-IX. Pada fase-fase ini, HMI berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk sumbangsih pemikiran. Perjuangan HMI pada fase-fase ini berlangsung dari awal masa Orde Baru (Suharto) hingga masa reformasi bahkan setelahnya. Fase VII: HMI Berpartisipasi Dalam Pembangunan []
Tokohtokoh HMI di setiap fase telah menunjukkan bagaimana perjuangan HMI itu. Misalnya, kita lihat perjuangan para pendiri HMI, sosok Lafran Pane menjadi tokoh sentral dan perjuangannya sungguh luar biasa. Perjuangan HMI pada awal-awal berdirinya langsung menghadapi penjajah dan kelompok-kelompok komunis yang mencoba mengganggu stabilitas kemerdekaan yang masih baru.
Setelahmembaca masa-masa perjuangan HMI pada fase IV-VI, selanjutnya kita bahas perjuangan HMI pada fase VII-IX. Pada fase-fase ini, HMI berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk sumbangsih pemikiran. Perjuangan HMI pada fase-fase ini berlangsung dari awal masa Orde Baru (Suharto) hingga masa reformasi bahkan setelahnya. Fase VII: HMI Berpartisipasi Dalam Pembangunan Pada 1969-1970dKr5qVV.